Anindya Bakrie Sebut Produk-produk Indonesia Ini Jadi 'Senjata' Ekspor ke Amerika Serikat
Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Anindya Bakrie.-Ayu Novita/Disway.id-
Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa para pelaku perdagangan selalu mampu mencari cara untuk menyeimbangkan perubahan arah ekonomi global.
Lebih lanjut, Anin menegaskan bahwa fokus perdagangan Indonesia tidak hanya tertuju pada AS.
Dalam dua pekan terakhir, Indonesia telah menandatangani kesepakatan dagang dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).
"Kesepakatan ini memang perlu diratifikasi, tetapi pasar yang dijangkau mencapai 450 juta orang dengan nilai ekonomi sekitar 21 triliun dolar AS, bahkan mungkin lebih besar dari Amerika Serikat," papar Anin.
Selain itu, Anin juga mengungkap, Indonesia juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Kanada (ICA-CEPA).
BACA JUGA:Industri Wajib Terapkan Tata Kelola Budaya Antisuap, Begini Langkah MCCI
BACA JUGA:Perumda Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor Teken Kerja Sama, Fasilitasi Asuransi Mikro untuk Pedagang
“Kesepakatan ini memang perlu diratifikasi, tetapi pasar yang dijangkau mencapai 450 juta orang dengan nilai ekonomi sekitar 21 triliun dolar AS, bahkan mungkin lebih besar dari Amerika Serikat," jelas Anin.
Anin juga mengungkapkan bahwa Indonesia juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Kanada (ICA-CEPA).
"Kami bersama Presiden (Prabowo Subianto) berkunjung ke Ottawa (Kanada) dan menandatangani kesepakatan dengan Kanada. Negara ini mungkin hanya memiliki 15 juta penduduk, tetapi jika digabung dengan Uni Eropa, totalnya mencakup setengah miliar orang. Kanada juga menjadi mitra sejajar di sisi lain dunia yang memiliki mineral kritis, energi terbarukan, dan inovasi digital,” jelas Anin.
Anin juga menyoroti peran penting China dalam mendukung transformasi industri Indonesia.
Ia menilai, China telah berkontribusi besar dalam mendorong Indonesia dan ASEAN menjadi pusat pemrosesan dan hilirisasi industri, bukan sekadar kawasan manufaktur.
"Sepuluh tahun lalu kita mengekspor bijih nikel mentah dengan nilai sekitar 1 miliar dolar AS. Namun dengan bantuan China, kini ekspor produk hilir seperti baja tahan karat mencapai 33 miliar dolar AS,” ungkap Anin.
Menurut Anin, perkembangan tersebut menandakan bahwa perdagangan global tidak sedang mengalami kemunduran, melainkan sedang menemukan jalur baru.
"Saya pikir perdagangan dunia bukan sedang mundur, melainkan sedang rerouting atau mengubah arah. Bahkan WTO (World Trade Organization) mencatat bahwa pada tahun 2024, lebih banyak kesepakatan dagang yang tercapai dibanding hambatan perdagangan. Ini pertanda baik,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
