Gaza Pasca KTT: Harapan & Tantangan

Gaza Pasca KTT: Harapan & Tantangan

Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)--

Masa depan Gaza tidak akan ditentukan oleh satu konferensi, tapi oleh komitmen moral dunia.

KTT Sharm El-Sheikh memberi harapan, tetapi harapan itu harus dijaga dengan kerja keras dan kesungguhan.

Gaza memerlukan bukan hanya dana rekonstruksi, tapi juga rekonstruksi moral menata ulang makna hidup setelah kehilangan, menumbuhkan kembali harapan setelah kehancuran.

Rakyat Gaza telah menunjukkan ketabahan yang luar biasa; sekarang giliran dunia untuk menunjukkan empati yang nyata.

BACA JUGA:Kandang Ayam Berbasis AI Menjamin Keamanan Pangan

BACA JUGA:Menebak di Tengah Ketidakpastian: Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen Hendak ke Mana?

Bagi Indonesia, ini bukan hanya soal politik luar negeri, tapi ujian spiritualitas kebangsaan: apakah kita mampu menerjemahkan solidaritas ke dalam tindakan?

Apakah kampus-kampus kita akan ikut mengirim pengetahuan dan bantuan kemanusiaan?

Apakah umat kita akan memelihara empati di tengah keletihan berita?

Saya percaya, seperti api kecil di tengah reruntuhan, harapan Gaza akan terus menyala selama ada orang-orang yang menolak menyerah pada sinisme.

Karena sebagaimana ditegaskan Paulo Freire dalam Pedagogy of Hope (1992): “Harapan bukan menunggu keajaiban, tetapi bertindak agar keajaiban menjadi mungkin.”

Dunia telah menatap Gaza dengan mata sedih selama terlalu lama.

BACA JUGA:Prabowo Sang Hero

BACA JUGA:Sekolah Kedinasan, Ketidakpastian Anggaran Pendidikan dan Jawaban dari UIN Sunan Kalijaga

Sekarang waktunya menatap dengan mata tanggung jawab.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads