Momentum Sumpah Pemuda: Generasi Muda Anti Narkoba
Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)--
Spiritual well-being harus menjadi bagian dari kurikulum perguruan tinggi, bukan sekadar kegiatan tambahan.
Pemikir Islam kontemporer Ziauddin Sardar dalam Reforming Modernity (2008) menulis: “Peradaban Islam masa depan hanya bisa dibangun oleh manusia yang bersih dari ketakutan, tapi penuh kesadaran moral.”
Gerakan Santri dan Mahasiswa Anti Narkoba harus menjadi jihad moral generasi baru: gerakan ilmiah, spiritual, dan sosial sekaligus — lahir dari kesadaran, bukan ketakutan; dari cinta, bukan paksaan.
BACA JUGA:Integrasi One Health: Peran Sentral Dokter Hewan dalam Mendukung Ketahanan Pangan
Kompas Moral
Sumpah Pemuda bukan sekadar kenangan heroik masa lalu. Ia adalah kompas moral yang harus terus diperbarui sesuai zaman.
Jika 1928 adalah sumpah untuk menyatukan bangsa, maka 2025 harus menjadi sumpah untuk menyelamatkan jiwa.
Kami pemuda Indonesia, bersumpah menjauhi narkoba, menjaga akal, dan mengabdi bagi kemanusiaan.
Sumpah baru ini bukan sekadar kata-kata, melainkan ikrar peradaban. Rasulullah ï·º bersabda: “Ada tujuh golongan yang mendapat naungan Allah, salah satunya adalah pemuda yang tumbuh dalam ibadah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menjauhi narkoba bukan hanya kewajiban hukum, tapi ibadah sosial, bentuk nyata dari cinta tanah air. Karena bangsa tidak akan runtuh oleh serangan luar, melainkan oleh keruntuhan moral dari dalam. Dan benteng pertama bangsa adalah jiwa para pemudanya.
BACA JUGA:Anak Indonesia Butuh Gizi Ruhani, Bukan Jasmani Saja
BACA JUGA:Instruktur Berkualitas, Peserta Didik Naik Kelas
Sumpah Pemuda bukan hanya peristiwa sejarah, tapi janji moral lintas zaman.
Ketika bangsa ini memperingatinya setiap tahun, semestinya kita tidak hanya mengulang kata “bersatu”, tetapi juga memperbarui tekad untuk menjaga akal dan martabat generasi muda.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: