bannerdiswayaward

Ahli Psikologi Forensik Singgung Kasus Alvaro terkait 'Cinderella Effect', DPR Minta Penanganan Serius

Ahli Psikologi Forensik Singgung Kasus Alvaro terkait 'Cinderella Effect', DPR Minta Penanganan Serius

Polisi memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6), yang meninggal usai diculik oleh ayah tirinya-Disway.id/Fajar Ilman-

JAKARTA, DISWAY.ID — Terkuaknya kasus penculikan dan pembunuhan Alvaro, bocah 6 tahun yang hilang sejak Maret 2025, menyisakan duka sekaligus keprihatinan luas.

Ahli psikologi forensik Reza Indragiri menyebut kasus ini bukan hanya menyayat hati, tetapi juga memicu kecemasan masyarakat terhadap keselamatan anak.

“Sedih sekali membayangkannya. Sekaligus waswas, bagaimana jika situasi serupa terjadi pada darah daging kita sendiri,” ujar Reza.

BACA JUGA:Keluarga Alvaro Kiano Masih Syok, Polisi Lakukan Pendampingan Trauma Healing

Ia menyinggung bahwa selain Alvaro, terdapat kasus kekerasan anak lain seperti peristiwa pembakaran anak di Bandung.

Menurut Reza, sebagian pihak melihat kesamaan karena pelaku keduanya adalah orangtua tiri. Namun ia menekankan bahwa faktor itu bukan satu-satunya penyebab.

Reza menjelaskan temuan riset yang menunjukkan bahwa anak dalam keluarga tiri memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekerasan.

Fenomena itu dikenal sebagai "Cinderella Effect", yaitu kecenderungan makhluk hidup hanya mengasuh keturunan dengan kedekatan genetik.

“Status tiri bukan faktor tunggal. Ada faktor majemuk di balik risiko itu. Namun temuan ini mengingatkan kita bahwa ada kompleksitas yang perlu disikapi bijak ketika seseorang berniat menikah kembali,” katanya.

BACA JUGA:DPR Minta Polri Lebih Responsif Tangani Kasus Penculikan Anak Usai Tragedi Alvaro

Bunuh Diri di Ruang Tahanan, Sorotan pada Kultur Pemasyarakatan

Kasus Alvaro semakin menjadi sorotan setelah Alex Iskandar (AI), ayah tiri sekaligus tersangka, ditemukan bunuh diri di ruang tahanan Polres Metro Jakarta Selatan.

Reza menilai fenomena bunuh diri di tahanan kerap luput dari perhatian publik.

“Setiap bicara culture penjara, imajinasi kita biasanya tentang kekerasan antarnapi. Padahal bunuh diri sama seriusnya,” ungkapnya.

Ia mencontohkan pengalamannya bertemu terpidana seumur hidup di Lapas Cirebon yang kerap menyakiti diri sendiri.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads