Antara Hukum Rimba di Jalanan dan Meja Hijau yang Longgar
Polisi mengungkapkan motif pelaku penembakan hansip yang memergoki aksi curanmor di Cakung, Jakarta Timur, karena terdesak kebutuhan hidup-Disway.id/Rafi Adhi-
ERA SEKARANG, kriminalitas bukan lagi soal mencuri dompet diam-diam. Ini sudah soal tembak-menembak, bacok-membacok. Intensitas kekerasan di jalanan meningkat drastis.
Dulu, penjahat mungkin lari terbirit-birit saat diteriaki massa. Sekarang? Mereka melawan. Bahkan, melukai hingga menewaskan. Mengapa keberanian para pelaku ini tiba-tiba melesat?
Kriminolog terkemuka, Adrianus Meliala, punya jawaban yang nyess dan membuat kita merenung. Bukan karena mereka lebih berani, tapi karena mereka lebih terdesak.
Pilihan di jalanan hanya ada dua: berhasil membawa hasil curian, atau ketangkap dan jadi bulan-bulanan amuk massa.
Ketakutan pada "hukum rimba" di jalanan itu, justru yang mendorong mereka mengambil risiko ekstrem—menggunakan senjata, melukai, bahkan menembak. Ironi yang menyakitkan.
Di sisi lain, hukum formal kita tampaknya masih ngos-ngosan mengejar kekerasan yang terorganisir, apalagi yang sporadis. Tengok saja kasus pengeroyokan, yang terus berulang dan kini diatur tegas dalam KUHP baru.
Ancaman hukumannya jelas, dari 5 tahun 6 bulan hingga 12 tahun penjara jika korban meninggal. Tapi kenapa pengeroyokan masih marak?
Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto menunjuk satu titik lemah: penegakan hukum yang belum konsisten. Ditambah lagi, masalah restitusi untuk anak di bawah umur yang jarang dioptimalkan.
BACA JUGA:Maraknya Kejahatan Jalanan: Mereka Datang dari Laut, Bawa Senpi Pepaya!
Jika hukum di atas kertas sudah tegas tapi implementasinya lempem, maka efek jera hanya tinggal fatamorgana. Inilah laporan Bisik Disway tentang dua sisi mata uang kejahatan: keganasan di jalanan dan kelonggaran di meja hijau.
Keganasan Jalanan: Berani Karena Takut Kena Massa
Intensitas kekerasan dalam tindak pidana di jalanan belakangan ini meningkat signifikan. Pelaku pencurian, mulai dari curanmor hingga perampokan, tidak lagi segan-segan untuk melukai, bahkan menembak, korban atau petugas keamanan yang menghalangi aksinya.
Fenomena ini memerlukan analisis yang lebih dalam daripada sekadar anggapan bahwa pelaku semakin nekat.
Faktor Pemicu Eskalasi Kekerasan: Ngeri Kena Massa
Adrianus Meliala, seorang kriminolog terkemuka, menilai eskalasi kekerasan ini bukanlah semata-mata dipicu oleh peningkatan keberanian pelaku. Justru, ini adalah respons defensif yang didorong oleh kondisi terdesak di lokasi kejahatan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
