bannerdiswayaward

Ihwal Tafsir Peraturan, Kuasa, dan Sebuah Jalan Tengah

Ihwal Tafsir Peraturan, Kuasa, dan Sebuah Jalan Tengah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menanggapi kabar pemberhentiannya oleh Syuriyah PBNU-disway.id/Fajar Ilman-

Tentu saja, ada harapan besar dan itu sayup-sayup terdengar untuk jalan Islah. Mendorong para pimpinan di Jakarta untuk segera berdamai, menempuh jalan "indah" melalui mekanisme internal yang tersedia, bukan ke ranah Majelis Tahkim, yang dikhawatirkan akan lebih runcing dengan saling melempar argumen ke ruang publik.

BACA JUGA:NU, Organisasi dan Arogansi

Masalah seriusnya adalah satu pihak sudah menganggap ada pelanggaran berat? Jadi, bisakah yang "berat" ini ditimbang menjadi "ringan" demi sesuatu yang lebih berat dan berarti?

Pada akhirnya, kita semua berharap, persoalan ini akan menemukan titik tekannya, entah melalui islah sejati para kiai atau keputusan Majelis Tahkim atau percepatan Muktamar?

Sehingga masing-masing posisi bisa fokus pada kegiatan di basisnya —mulai anak ranting sampai Pengurus Besar, dari majelis ta'lim, pesantren, kegiatan sosial dan lainnya ---mengingat khidmah NU yang sesungguhnya ada di masyarakat, bukan di kursi kekuasaan PBNU.

Dan, yang pasti, NU terlalu besar, terlalu kaya sejarah dan khazanah, untuk terbelah hanya karena tafsir pasal-pasal organisasi. Wallahu'alam bishawab. (*)

 

Aguk Irawan MN, Pengasuh Ponpes Baitul Kilmah Yogyakarta 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads