ESDM Klarifikasi: Tambang Emas Martabe Tidak Berada di Titik Bencana Banjir Bandang
Bahlil Tegaskan Aliran Sungai di Tambang Martabe Bukan Pemicu Banjir Bandang Garoga-Anisha Aprilia-
Curah Hujan Ekstrem Jadi Pemicu Utama
PTAR menjelaskan bahwa curah hujan ekstrem akibat Siklon Senyar menjadi faktor terbesar pemicu bencana di wilayah Tapanuli Selatan.
Hujan dengan intensitas sangat tinggi tersebut merupakan salah satu yang tertinggi dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Hujan lebat mengguyur kawasan hulu Hutan Batang Toru yang menjadi sumber aliran sejumlah sungai, termasuk Aek Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru.
Menurut perusahaan, banjir bandang bermula di Sub DAS Garoga sebelum merambat ke Huta Godang, Batu Horing, dan Aek Ngadol Sitinjak.
Debit air Sungai Garoga yang meningkat drastis diperburuk dengan adanya sumbatan kayu gelondongan di Jembatan Garoga I dan II.
Sumbatan tersebut mencapai titik kritis pada 25 November sekitar pukul 10.00, menyebabkan perubahan aliran sungai secara tiba-tiba dan menghantam permukiman warga.
Area Tambang Berada di Sub DAS Berbeda
Dalam penjelasannya, PTAR menegaskan bahwa operasional tambang berada di Sub DAS Aek Pahu, bukan di Sub DAS Garoga.
Meskipun kedua arus bertemu di wilayah hilir, jaraknya jauh dari titik bencana sehingga aktivitas tambang dinilai tidak memiliki keterkaitan dengan peristiwa tersebut.
PTAR juga menyebut 15 desa lingkar tambang tidak mengalami banjir bandang atau aliran lumpur seperti di Garoga dan bahkan menjadi lokasi pengungsian warga terdampak.
Pemantauan udara menggunakan helikopter turut dilakukan perusahaan di kawasan hulu Garoga. Foto udara menunjukkan sejumlah titik longsor yang diduga menjadi sumber material lumpur dan kayu ke aliran sungai. Temuan awal ini membutuhkan kajian lanjutan secara detail.
BACA JUGA:Bahlil: Gugatan UU MD3 ke MK Bagian dari Demokrasi, Kita Hormati Prosesnya
PTAR Klaim Patuh Regulasi Lingkungan
Perusahaan menekankan bahwa Tambang Emas Martabe beroperasi di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dan menjalankan pengelolaan lingkungan ketat bersama institusi nasional maupun internasional, meliputi konservasi air, tanah, udara, serta keanekaragaman hayati.
"Kami memahami besarnya perhatian publik atas bencana ini," ujar manajemen.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
