Bos Baru Meta Javier Olivan Ternyata Bukan Keleng-kaleng

Bos Baru Meta Javier Olivan Ternyata Bukan Keleng-kaleng

Setelah Chief Operating Officer Sheryl Sandberg mengundurkan diri, digantikan oleh bos baru Meta Javier Olivan ternyata bukan kaleng-kaleng. -facebook.com-

Mantan manajer produk dan pelapor Facebook, Frances Haugen tahun lalu membocorkan dokumen internal yang menunjukkan bahwa Facebook mengutamakan keamanan penggunanya.

Akan tetapi tidak memiliki kontrol yang memadai untuk menghapus konten berbahaya dalam berbagai bahasa selain bahasa Inggris.

Olivan, sebelumnya menjabat sebagai chief growth officer yang bertugas dalam mengelola fitur dan fungsi yang menjangkau Facebook dan Instagram serta aplikasi perpesanan WhatsApp dan Messenger.

CEO Meta, Mark Zuckerberg mengatakan dalam sebuah posting Facebook pada hari Rabu bahwa Olivian akan terus memimpin pengembangan infrastruktur dan perusahaan serta produk iklan dan bisnis.

BACA JUGA:CPNS Mengundurkan Diri, Gibran: Sudah Ikut Tes, Kurang Ajar Kui..

Satu hal yang tidak mungkin berubah bahwa Olivan akan tetap menjauh dari pusat perhatian saat dia melakukan pekerjaan COO.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan Sandberg, yang muncul di hadapan Kongres, menulis buku terlaris tentang wanita di tempat kerja dan sering mewakili Facebook ke audiens luar.

"Peran ini akan berbeda dari apa yang telah dilakukan Sandberg. Ini akan menjadi peran COO yang lebih tradisional di mana Javi akan fokus secara internal dan operasional, sehingga membuat eksekusi kami lebih efisien dan ketat," kata Zuckerberg.

Brian Wieser selaku Presiden Global Intelijen Bisnis di agensi iklan GroupM mengatakan bahwa saat ini Meta merupakan perusahaan yang matang dengan pendapatan 118 miliar dolar Amerika.

BACA JUGA:Bima Arya Wajibkan ASN Pakai Baju Kasual Produk Lokal, Mendagri Tito Minta Pemda Dukung Buatan Indonesia

Sedangkan Olivan mungkin memiliki otoritas yang lebih sedikit daripada yang dimiliki Sandberg.

“Akan tetapi pertanyaan adalah apakah Olivan akan ‘lebih memperhatikan’ masalah privasi data serta melindungi merek agar iklan mereka tidak muncul di samping konten yang tidak sesuai,” tutup Wieser.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: