Unsri Kembangkan Riset Fuel Cell Mobil Hidrogen

Unsri Kembangkan Riset Fuel Cell Mobil Hidrogen

Dr Dedi Rohendi dengan golf cart berbahan bakar hidrogen hasil inovasinya yang meraih medali emas di Malaysia.-dok.pribadi-Sumeks.co

PALEMBANG, DISWAY.ID-Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan mengembangkan riset fuel cell atau bahan bakar hidrogen untuk kendaraan mobil.

Ilmuwan peneliti fuel cell dari FMIPA Universitas Sriwijaya (Unsri), Dr Dedi Rohendi MT menjelaskan keunggulan mobil hidrogen dibanding mobil listrik baterai. 

“Mobil listrik menggunakan baterai yang memerlukan waktu 4 sampai 5 jam setiap pengisian daya atau charging. Kalau mobil hidrogen hanya perlu 3 sampai 4 menit saja untuk mengisi ulang hidrogennya,” ujar pria yang meraih gelar doktor bidang fuel cell di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) itu.

Dia menjelaskan, daya listrik pada mobil listrik berbaterai mengandalkan pasokan listrik yang bersumber dari pembangkit listrik. 

Sampai saat ini pembangkit listrik masih mengandalkan sumber batu bara, sehingga secara tidak langsung masih menghasilkan polutan. 

BACA JUGA:Mendikbud Nadiem: Kurikulum Merdeka Simpel, Tidak Ada Hubungan dengan Sarpras

Batu bara pun merupakan sumber energi tak terbarukan. Suatu saat bisa habis cadangannya.

Selain itu, baterai sebagai komponen utama mobil listrik masih menggunakan lithium. 

Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu mendaur ulang limbah lithium, sehingga tetap akan membebani lingkungan.

“Sedangkan hidrogen sumbernya melimpah di alam. Begitu juga dengan oksigen. Hasil buangan dari mobil hidrogen pun hanya berupa air. Itu pun bisa kita olah kembali menjadi hidrogen. Jadi mobil hidrogen ini benar-benar nihil polutan,” tambahnya.

Keunggulan lainnya, performa mobil hidrogen yang sangat tinggi. Sekali mengisi bahan bakar full tank, mampu melaju hingga 1.300 km tanpa perlu mengisi ulang. Hampir setara dengan jarak Jakarta ke Bali.

BACA JUGA:30 Mobil Listrik Honda Bakalan Banjiri Pasar Otomotif Dunia, Bangun Pabrik di Tiongkok dan Amerika Utaru

Toyota Mirai generasi kedua sudah membuktikan hal ini dan masuk dalam rekor Guinness Book of Record. Dan mesinnya pun sangat hening.

”Saat ini riset yang dilakukan sudah fokus pada bagaimana perangkat fuel cell bisa diproduksi dengan komponen yang lebih murah. Sehingga mobil hidrogen bisa diproduksi dengan nilai keekonomian yang layak,” ujar ilmuwan yang menjadi dosen tetap di FMIPA jurusan kimia Unsri ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: