Gas Tertawa Bisa Jadi 'Petunjuk' Adanya Kehidupan di Planet Luar Angkasa

Gas Tertawa Bisa Jadi 'Petunjuk' Adanya Kehidupan di Planet Luar Angkasa

Fenomena 5 Planet dan Bulan Sejajar-35393-Pixabay

“Namun, dalam kondisi yang tepat di laut, bakteri tertentu dapat mengubah nitrat tersebut menjadi N2O,” kata Schwieterman. “Gas itu kemudian bocor ke atmosfer.” sambungnya.

BACA JUGA:Tragedi Kanjuruhan, 6 Tersangka Cuma Diancam 5 Tahun Penjara, Pasal Ringan?

BACA JUGA:Daftar 6 Tersangka Tragedi 'Berdarah' Kanjuruhan, Ada Dirut PT LIB dan 3 Polisi

Dalam keadaan tertentu, N2O dapat dideteksi di atmosfer dan masih belum menunjukkan kehidupan. 

Tim Schwieterman memperhitungkan hal ini dalam pemodelan mereka. Sejumlah kecil oksida nitrat dibuat oleh petir, misalnya.

Akan tetapi di samping N2O, petir juga menciptakan nitrogen dioksida, yang akan memberikan petunjuk kepada ahli astrobiologi bahwa cuaca tak hidup atau proses geologis menciptakan gas tersebut.

Orang lain yang menganggap N2O sebagai gas biosignature sering menyimpulkan bahwa akan sulit dideteksi dari jarak yang begitu jauh.

BACA JUGA:Akhirnya, Direktur LIB Akhmad Hadian Lukita Tersangka Tragedi Kanjuruhan

BACA JUGA:Inilah 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan

Schwieterman menjelaskan bahwa kesimpulan ini didasarkan pada konsentrasi N2O di atmosfer bumi saat ini. Karena tidak banyak di planet ini, yang penuh dengan kehidupan, beberapa orang percaya itu juga akan sulit dideteksi di tempat lain.

“Kesimpulan ini tidak memperhitungkan periode dalam sejarah Bumi di mana kondisi laut memungkinkan pelepasan N2O secara biologis jauh lebih besar. Kondisi pada periode itu mungkin mencerminkan di mana sebuah planet ekstrasurya berada saat ini,” papar Schwieterman.

Schwieterman menambahkan bahwa bintang biasa seperti katai K dan M menghasilkan spektrum cahaya yang kurang efektif dalam memecah molekul N2O dibandingkan matahari kita. Kombinasi dua efek ini dapat sangat meningkatkan jumlah prediksi gas biosignature ini di dunia yang berpenghuni.

Tim peneliti termasuk ahli astrobiologi UCR Daria Pidhorodetska, Andy Ridgwell, dan Timothy Lyons, serta ilmuwan dari Universitas Purdue, Institut Teknologi Georgia, Universitas Amerika, dan Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA.

BACA JUGA:Viral Video Ambruknya Tembok MTSN 19 Telan 3 Korban Jiwa, Para Siswa Berteriak Histeris

BACA JUGA:Dirut PT LIB Jadi Tersangka Kasus Tewasnya 131 Aremania di Tragedi Kanjuruhan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: