Heboh Hujan Es Melanda Jabodetabek, Begini Penjelasan BMKG

Heboh Hujan Es Melanda Jabodetabek, Begini Penjelasan BMKG

Ilustrasi es batu-Freepik-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Warga ibukota dihebohkan dengan adanya fenomena hujan es yang terjadi di di beberapa daerah di Jabodetabek, Sabtu 17 Desember 2022.

Menanggapi fenomena ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan ini merupakan cuaca alami yang biasa terjadi dan termasuk dalam kejadian cuaca ekstrem.

BACA JUGA:Keren, Sean Gelael Bakal Satu Tim dengan Valentino Rossi di Balap 24H Dubai

BACA JUGA:4 Tempat Makanan Ini Dipromosikan Jokowi Ada di Kota Palembang, 'Datanglah!'

Menurut Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko hujan es disebabkan oleh adanya awan cumulonimbus (Cb).

Pada awan ini ada tiga partikel yang terbawa, yaitu butir air, butir air super dingin, dan partikel es.

"Sehingga hujan lebat yang masih berupa partikel padat berupa es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan cumulonimbus (Cb) tersebut," ujar Hary, Sabtu 17 Desember 2022.

BACA JUGA:7 Manfaat Minyak Zaitun, Nomor 5 Paling Penting Untuk Otak

BACA JUGA:6 Tips Anti Maling Motor, Nomor 6 Bisa Dipantau Melalui Handphone

Hary juga menjelaskan, awan Cb itu berbentuk berlapis-lapis bak bunga kol yang terbentuk dari dua proses, yakni strong updraft dan downdraft, dan lower freezing level.

Pembentukan karena strong updraft dan downdraf ini melalui proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat alias strong updraft dan downdraft.

BACA JUGA:Cek Harga Tiket dan Ketentuan Nonton Konser Artic Monkeys Jakarta 2023 di Sini, Siap-siap Mulai Dijual Besok!

BACA JUGA:Dear Baim Wong! Konten Prank KDRT Kontroversi Naik ke Penyidikan, Apa Ancamannya?

Strong updraft diketahui dapat membawa uap air naik hingga suhu udara menjadi sangat dingin dan uap air membeku menjadi partikel es.

"Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar," jelas Hary.

'Ketika butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hujan es," tambahnya.

BACA JUGA:Bertahan 6 Hari Tidak Makan di Komnas HAM, Lima Pendemo Dilarikan Ke Rumah Sakit

BACA JUGA:4 Permintaan Jokowi ke Bawaslu Jelang Pemilu 2024

Kemudian awan Cb juga dapat terbentuk karena adanya lapisan tingkat pembekuan atau freezing level yang lebih rendah dari ketinggian normalnya.

Freezing level ini merupakan lapisan pada ketinggian tertentu di permukaan bumi yang suhu udaranya bernilai nol derajat celcius.

"Pada fenomena hujan es, lapisan tingkat pembekuan atau freezing level mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya. Hal inilah menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna," terangnya.

BACA JUGA:Intip TOTAL HADIAH Piala Dunia Qatar 2022 yang Fantastis, Tim Juara Kantongi Berapa?

BACA JUGA:Ragahdo Yosodiningrat Minta Penjelasan Ferdy Sambo Terkait Surat Pernyataan ‘Saya Harus Bagaimana Membalas Dosa’

"Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es. Di Indonesia umumnya lapisan tingkat pembekuan berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km di atas permukaan laut," lanjutnya.

Hary menuturkan hujan es bersifat sangat lokal dan biasanya berlangsung kurang dari 10 menit dengan luasan wilayah 5 hingga 10 kilometer.

Hujan es ini diketahui lebih sering terjadi pada musim peralihan atau pancaroba dan sering terjadi antara siang dan sore hari.

"Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 30 menit hingga satu jam sebelum kejadian. Jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads