Militer Myanmar Bantai Puluhan Warganya yang Menentang Kekuasaan

Militer Myanmar Bantai Puluhan Warganya yang Menentang Kekuasaan

Militer Myanmar bantai puluhan warganya yang menetang kekuasaan pada Selasa 11 April 2023. -Tangkapan layar twitter@NanLin96 -

Seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat setempat (PDF), mengatakan jika jet tempur menembaki sebuah upacara yang diadakan untuk membuka kantor lokal mereka.

“Sampai saat ini jumlah pasti korban masih belum diketahui pasti. Kami belum bisa mengambil semua jenazah,” uangkapnya.

BACA JUGA:Polri Bagikan Tips Aman Mudik Lebaran 2023, Pengemudi yang Lelah Diharuskan Beristirahat

BACA JUGA: Aktris Korea Selatan Jung Chae Yul Ditemukan Meninggal Dunia di Rumahnya

Pemerintah pro-demokrasi Myanmar yang merupakan Pemerintah Persatuan Nasional dan saat ini masih dalam pengasingan, mengutuk serangan itu serta menyebut serangan tersbeut ‘contoh lain dari penggunaan kekuatan militer yang membabi buta terhadap warga sipil’.

Insiden hari Selasa bisa menjadi salah satu yang paling mematikan di antara serangkaian serangan udara sejak sebuah jet menyerang sebuah konser pada bulan Oktober yang menewaskan sedikitnya 50 warga sipil, penyanyi lokal, dan anggota kelompok etnis minoritas bersenjata di negara bagian Kachin.

Pada tanggal 1 Februari 2021, militer menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi yang memicu protes.

BACA JUGA:Debut Cemerlang Aprilia Tuareg 660, Sukses Dominasi di Ajang Moto Rally dan Raid TT Italia

BACA JUGA:Duh Pipa AC Bocor, Ruangan di Pusat Grosir Metro Tanah Abang Mendadak Kebanjiran

Sejak itu penindakan oleh pasukan keamanan dengan kekerasan terus meningkat dan pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa serta lainnya mengatakan jika apa yang terjadi merupakan perang saudara.

Lebih dari satu juta orang telah mengungsi karena militer meningkatkan serangan artileri dan serangan udara.

Negara-negara Barat telah meluncurkan sanksi terhadap para jenderal yang berkuasa dalam upaya untuk menghentikan pendapatan dan akses ke peralatan militer dari sekutu dan pemasok utama seperti Rusia.

Seorang juru bicara militer mengatakan bahwa serangan yang dilaporkan merupakan laporan yang salah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: