Hari Gizi Nasional 2024: 60% Orang dengan Pola Makan Emosional Ternyata Jalani 3 Diet Ini

Hari Gizi Nasional 2024: 60% Orang dengan Pola Makan Emosional Ternyata Jalani 3 Diet Ini

Pola Makan Sehat-Perilaku emotional eating ternyata punya riwayat diet-Freepik

JAKARTA, DISWAY.ID - Diet sehat akan menghasilkan metabolisme tubuh yang sehat pula.

Dalam survei terbaru, sebanyak 60% orang dengan pola makan emosional ternyata sedang diet. 

Pendiri dan Ketua Tim Peneliti HCC Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, mengatakan makan emosional adalah ketika seseorang menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi dan mengendalikan emosinya, bukan makan karena lapar untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Dan data ini menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 4 hingga 5 dari 10 orang Indonesia yang diwakili responden survei ini memiliki perilaku makan emosional, dan ini tanda awas yang serius.

“Karena perilaku makan emosional meningkatkan risiko stres dan mengganggu potensi asupan, gizi seimbang, sehingga bisa mengakibatkan ketidakseimbangan nutritional intake dan gangguan kesehatan mental,” ungkap dr Ray yang merupakan Inisiator dari Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa kepada wartawan.

Fakta lain dari survei yang juga dianalisis oleh Research Associate Yoli Farradika, MEpid ini adalah terkait usia orang Indonesia yang memiliki perilaku emotional eating.

BACA JUGA:Jennifer Lopez Blak-Blakan Ungkap Rahasia Tubuh Langsing, Ini Menu Dietnya

Survei menunjukkan sekitar 49% orang dengan pola makan emosional adalah mereka yang berusia di bawah 40 tahun, dan perempuan, dengan risiko menjadi emosional eater mencapai 2 kali lipat.

Begitupun dengan kondisi diet yang dijalankan. 

Survei ini menemukan bahwa hampir 60% orang yang memiliki perilaku makan emosional adalah mereka yang sedang melakukan pola diet yang beragam, mulai dari diet keto, intermittent fasting, diet golongan darah hingga diet puasa waktu tertentu.

Hal ini merupakan faktor risiko yang perlu dipelajari karena mengingat kecenderungan adanya pola diet yang marak terjadi di masyarakat Indonesia akibat promosi dan publikasi terbuka lewat media.

Lebih lanjut Dr Ray yang merupakan Sekjen Indonesia Gastronomy Community (IGC) ini juga mengungkapkan bahwa analisis lanjutan perlu dilakukan baik lewat penelitian maupun edukasi dan promosi kesehatan menyeluruh, karena kondisi tingginya emotional eater di Indonesia adalah bentuk dari pergeseran pola dan perilaku makan yang semakin dipengaruhi faktor gaya hidup, peer-pressure, status kesehatan jiwa hingga tekanan sosial akibat informasi ukuran standar perilaku makan dan antropometri tubuh yang ditampilkan di media sosial dan  berseliweran tanpa kekuatan ilmiah.

Melalui survei ini, Health Collaborative Center mengeluarkan rekomendasi untuk pentingnya edukasi, konseling dan promosi kesehatan komprehensif terkait pola dan perilaku makan yang baik dan benar.

Promosi dan kampanye kesehatan jangan lgi hanya terpaku pada isi dan jenis makanan serta kandungan gizi saja, tetapi juga harus memasukkan aspek perilaku makan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: hcc