Bikin Geleng-Geleng Kepala! Jadi Profesor Termuda di Usia 36 Tahun Berkat 17 Jurnal Penelitian

Bikin Geleng-Geleng Kepala! Jadi Profesor Termuda di Usia 36 Tahun Berkat 17 Jurnal Penelitian

Profesor Termuda IPB University- Azis Boing Sitanggang meraih gelar profesor di usia 36 tahun-IPB University

JAKARTA, DISWAY.ID - Namanya Prof Dr-Ing Azis Boing Sitanggang, MSc, STP.

Usianya masih muda dan produktif, baru 36 tahun. 

Tapi sudah mendapat gelar profesor termuda di IPB University. 

Bayangkan saja, dalam setahun, Prof Azis mampu menelurkan 17 jurnal penelitian!

Bikin geleng-geleng kepala tentunya. 

Prof Azis resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar pada bulan Juni 2023 dalam usia 36 tahun 9 bulan. 

Hal ini menjadikannya sebagai profesor termuda di IPB University.

BACA JUGA:Indonesia Targetkan Nol Penyakit Kusta Tahun 2030, Ini Kata Profesor UI Ahli Dermatologi

Dosen Program Studi Teknologi Pangan yang menyelesaikan pendidikan doktoral di Technische Universitat Berlin bidang Chemical and Process Engineering ini mengatakan, titel profesor yang didapatkannya merupakan hasil dari dukungan berbagai pihak baik mahasiswa maupun dosen senior, terutama dari Prof Slamet Budijanto, yang saat ini menjadi Dekan Fateta IPB University, yang banyak membimbingnya.

“Prof Slamet Budijanto yang menyadarkan saya ternyata ada peluang untuk menjadi profesor. Beliau melihat potensi dan publikasi-publikasi saya selama ini. Menjadi profesor adalah jalan yang kita buka sendiri, sesuatu yang kita siapkan dan harus distrategikan, bukan karpet merah yang telah disiapkan orang lain untuk kita,” tuturnya dalam keterangan resmi. 

Penyandang gelar profesor termuda IPB University ini berfokus meneliti di bidang rekayasa proses pangan, lebih spesifik lagi pada rekayasa pangan fungsional.

BACA JUGA:3 Profesor Untar Dikukuhkan, Meneliti Kecerdasan Buatan, CEO Elon Musk, hingga Indonesia Emas

Ia menjelaskan bahwa ia banyak menggunakan keilmuan rekayasa proses pangan untuk memproduksi ingredien pangan fungsional.

“Pangan fungsional saat ini sedang menjadi tren. Sekarang, orang-orang tidak lagi hanya mengkonsumsi pangan untuk pemenuhan kebutuhan kalori, tapi juga menginginkan adanya manfaat atau dampak yang positif untuk kesehatan dari pangan yang telah dikonsumsi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: