Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Psikiater Bilang Perilaku Kekerasan akibat Proses Kompleks di Otak

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Psikiater Bilang Perilaku Kekerasan akibat Proses Kompleks di Otak

Suami mutilasi istri di Ciamis-Daging sang istri dipotong-potong dan ditawarkan ke tetangga-X @uusrsd

JAKARTA, DISWAY.ID – Peristiwa suami mutilasi istri di Rancah, Ciamis, Jawa Barat, menimbulkan sisa rasa pilu dan mengerikan di hati masyarakat.

Sang suami tega memotong-motong daging sang istri lalu ditawarkan ke tetangga. 

Psikiater mengakui orang sekarang ini mudah sekali untuk menjadi sangat emosional dan melupakan pikiran rasional sehingga melakukan perilaku kekerasan yang memberikan konsekuensi buruk bagi kehidupan orang lain, kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

“Peristiwa kekerasan yang dilakukan pada seseorang tentunya memberikan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan pada setiap orang yang menjadi korban ataupun yang mendemgar dan menyaksikan. Semua manusia yang humanis tentunya setuju bahwa perilaku kekerasan tidak dibenarkan dengan alasan apapun juga,” kata dr.Lahargo Kembaren, SpKJ, Psikiater, Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN) RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi dan RS Siloam Bogor kepada Disway.

BACA JUGA:Psikolog: Pelaku Mutilasi Ciamis Harus Dipidana, Jangan Dianggap Gila!

Kekerasan Dipicu Proses dari Otak

Menurut dr. Lahargo, sebuah perilaku kekerasan/agresivitas adalah sebuah proses yang kompleks yang terjadi di dalam otak.

Apa yang dalam otak adalah proses neurobiologi yang menyebabkan suatu perilaku kekerasan terjadi?

Ada dua bagian penting otak yang berperan yaitu :

1. Top Down (Brake/rem)

Bagian otak di area pre frontal cortex, bagian otak sebelah depan yang berfungsi sebagai pembuat keputusan, kontrol diri, pikiran rasional, logis dan pertimbangan

BACA JUGA:Polosnya Tarsum Usai Mutilasi Yanti di Depan Tetangga: Nyata Teu Iyeu?

2. Bottom Up (Drive/gas)

Bagian otak tengah yaitu amigdala, yang dikenal sebagai sebagai pusat emosi/pperasaa

Di dalam area otak ini terdapat struktur, sirkuit saraf, neurotransmiter (zat kimia di otak) dan proses fisiologisnya.

Kegagalan maturitas dan kerusakan pada  sirkuit saraf di otak ini dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada dua area otak tersebut.

Bagian otak pre frontal cortex gagal menjalankan fungsinya mengontrol perilaku dan kontrol diri.

Bagian otak amigdala menjadi hiper responsif sehingga ada trigger sedikit saja langsung memicu emosional.

Ini semualah yg kemudian berujung pada terjadinya sebuah perilaku kekerasan/agresivitas.

Ditambah dengan memori yang traumatis yang tersimpan di area hipokampus membuat adanya 'trigger' yang mengingatkan peristiwa tidak menyenangkan dapat memicu kemarahan dan agresivitas.

BACA JUGA:Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Depresi Lantaran Anak Terjerat Utang Rentenir Ratusan Juta?

Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan :

- Faktor genetik dalam keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan

- Adanya tumor otak, trauma kepala

- Gangguan metabolik, penyakit fisik

- Pemakaian alkohol, narkoba seperti shabu, ekstasi, tramadol, triheksifenidil, dextrometorphan, ganja, sinthe, dll

- Riwayat menjadi korban perlakuan kekerasan, baik verbal, fisik, seksual di masa sebelumnya

- Menyaksikan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari hari, di rumah atau lingkungan sekitar

- Menjadi korban bullying

- Paparan media mengenai kekerasan, film, games, tontonan youtube, TV, medsos, dll

- Stresor psikososial dalam kehidupan sehari hari (masalah keuangan, pertengkaran, perceraian, pendidikan, PHK, situasi tempat tinggal, dll)

BACA JUGA:Penampakan Suami Mutilasi Istri di Jeruji Besi Polsek Rancah, Gigit Tali Pengikat Seperti Orang Gila

Diagnosis Gangguan Jiwa dengan gejala Perilaku Kekerasan

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), beberapa gangguan kejiwaan yg ditandai adanya agresivitas/perilaku kekerasan antara lain :

Oppositional defiant disorder (ODD)

- pola suasana hati marah / mudah tersinggung, perilaku argumentatif / menantang dan / atau dengki yang berlangsung enam bulan atau lebih.

 Conduct disorder (CD)

- pola perilaku persisten/menetap  yang melanggar hak orang lain dan aturan, seperti intimidasi, pencurian, bolos dari sekolah, lari dari rumah.

BACA JUGA:Suami Mutilasi Istri Dagingnya Dipotong-Potong Ditawarkan ke Tetangga, Netizen Murka: Zaman Edan!

Disruptive mood dysregulation disorder (DMDD)

- ditandai oleh adanya ledakan kemarahan yang sering terjadi dan suasana hati yang mudah tersinggung atau depresi hampir sepanjang waktu.

 Psikosis

- Gangguan penilaian realitas,  tidak bisa membedakan mana yg nyata dan khayalan, ditandai dengan adanya halusinasi (mendengar suara bisikan, melihat bayangan), delusi/waham (ide, pikiran yg salah tdk sesuai kenyataan, misal akan mendapat kekuatan, kehebatan bila melakukan hal tertentu)

Bipolar

- gangguan mood, yg ditandai dengan perubahan mood yg ekstrim dari senang berlebihan (episode manik) menjadi sedih berlebihan (episode depresi)

BACA JUGA:Polres Ciamis Akan Periksa Kejiwaan Pelaku Mutilasi dalam Baskom

Depresi Mayor

- gangguan mood yg ditandai dengan mood yg sedih, mudah tersinggung,  tidak semangat, energi berkurang, gangguan pola tidur dan makan, fokus, konsentrasi yg menurun dan pikiran tentang kematian.

Gangguan Kepribadian Anti Sosial

- Sebuah gangguan kepribadian dengan gejala seperti sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain, tidak memiliki empati atau rasa kasihan pada orang lain, tidak mawas diri, dan manipulatif.

 Gangguan Kepribadian Narsisitik

- Sebuah gangguan kepribadian yang ditandai selalu ingin menjadi yang nomor satu, paling hebat, paling utama, ingin dipuja dan bila ada yang mengambil posisi tersebut maka dia dapat melakukan tindakan kekerasan

BACA JUGA:Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh ditaruh Dalam Baskom

Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan/Agresivitas sejak Anak/Remaja :

○ Temper tantrum

○ Berkelahi / tawuran

○ Ancaman verbal untuk menyakiti, membunuh

○ Agresi fisik pada orang seperti memukul, menjambak, menendang, dll

○ Agresi fisik pada benda seperti merusak barang, membanting, menendang barang, dll

○ Menggunakan senjata

○ Menyiksa binatang

○ Bermain api, membakar

○ Vandalisme

○ Selalu ingin menang sendiri

*Adanya perilaku di atas menjadi ALARM bagi kita semua bahwa ada 'sistem' yg tidak berjalan baik pada anak ini dan perlu dilakukan INTERVENSI segera agar tidak menimbulkan hal yang membahayakan di kemudian hari,” ucapnya.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads