Sektor Kakao Indonesia Berpotensi Digitalisasi Transaksi Senilai 700 Juta Dollar
Sektor Kakao Indonesia Berpotensi Digitalisasi Transaksi Senilai 700 Juta Dollar-Istimewa-
BACA JUGA:Viral! Remaja Tusuk Ibu-Ibu di Bogor saat Mabuk, Alasannya karena Kaget
BACA JUGA:KAI Operasikan Kereta Tambahan Sambut Long Weekend, Berikut Ini Jadwalnya
Dr. Bayu juga mendorong para stakeholder untuk bersama-sama menerima rekomendasi yang dihadirkan dalam laporan ini dan berfokus menerapkan inovasi yang dapat mempercepat penerapan pembayaran digital yang dapat menggerakkan pembangunan berkelanjutan dan inklusi keuangan.
Banyak perusahaan yang berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi, sustainability, dan transparansi saat membeli pasokan kakao di Indonesia.
Beberapa perusahaan global pun sedang mengupayakan agar 100% pasokan kakaonya sudah mendapat sertifikat sustainability pada tahun 2025.
Tak hanya perusahaan besar, komitmen ini juga mulai diterapkan oleh para pemasok kakao, dan saat ini 40% pemasok kakao di Indonesia sudah memiliki sertifikat sustainability.
Menimbang hal tersebut, penerapan pembayaran digital bagi para pemasok kakao tentunya akan membawa potensi ekonomi yang cukup besar.
BACA JUGA:Alasan Ganjar Pranowo Tidak ikut Andil di Pemerintahan Prabowo-Gibran
BACA JUGA:Ayam Potong Wajib Ada Sertifikat Halal Mulai Oktober, Pedagang: Kita Dukung
“Penerapan pembayaran digital dan mengintegrasikan transaksi ke sistem keuangan formal dapat memperluas inklusi keuangan bagi petani kakao, terutama bagi mereka yang perempuan.
“Hal ini dilakukan dalam rangka memperkenalkan produk tabungan, pinjaman, dan asuransi. Laporan ini mengajak pemerintah Indonesia, pengusaha kakao, dan penyedia layanan keuangan untuk bersama-sama membangun model bisnis yang layak untuk penerapan pembayaran digital, terutama di daerah terpencil,” ujar Isvary Sivalingam, Southeast Asia Lead, UN-Based Better Than Cash Alliance..
Sayangnya, data terbaru menunjukkan bahwa adanya penurunan produksi kakao yang cukup besar selama sepuluh tahun terakhir di Indonesia.
Perlu dilakukan investasi strategis untuk merevitalisasi sektor kakao ini. Namun, para petani kecil menghadapi tantangan dalam mengatur pengeluaran dan kebutuhannya karena rendahnya pendapatan dan terbatasnya akses layanan keuangan.
Berdasarkan survey, setiap hektar lahan perkebunan kakao membutuhkan biaya sebesar $45 per tahunnya. Untuk memulihkan sektor ini, para petani setidaknya memerlukan pinjaman tambahan yang lebih besar dan berjangka panjang sebesar $1.300 untuk setiap hektar lahan perkebunan.
Dana ini dapat digunakan untuk membantu penanaman kembali serta peremajaan pohon maupun tanah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: