Buya Yahya Ungkap 1 Dzulhijjah Ikut Arab Saudi Tetap Sah: Jangan Dikatakan Salah!

Buya Yahya Ungkap 1 Dzulhijjah Ikut Arab Saudi Tetap Sah: Jangan Dikatakan Salah!

Buya Yahya Minta 1 Dzulhijjah Ikut Arab Saudi Tetap Sah: Jangan Dikatakan Salah!-@buyayahya_albahjah-Instagram

BACA JUGA:Begini Cara Puasa Arafah Idul Adha yang Benar Versi Ustadz Adi Hidayat: Isilah dengan Taubat

Imam Syafi'i menjelaskan bahwa bagi orang yang berada di Arab Saudi saat jamaah haji wukuf di Arafah, sudah boleh melaksanakan Puasa Arafah.

Akan tetapi bagi orang Indonesia, penetapan 9 Dzulhijjah dari pemerintah lah yang harus diikuti, bukan berdasarkan penentuan tanggal qamariyah di Arab Saudi.

Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi perbedaan ini?


Hari Raya Idul Adha dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah.-Freepik-

Buya Yahya menjelaskan bahwa ada dua pendapat dari dua ulama besar dalam merespon masalah ini.

BACA JUGA:5 Resep Olahan Daging Kurban saat Idul Adha, Mudah dan Nggak Bikin Bosan

Jika Indonesia memilih untuk mengikuti penentuan 1 Dzulhijjah dari Arab Saudi, itu tetap sah menurut Mazhab Maliki.

Dengan demikian, puasa dan penyembelihan hewan kurban akan dilakukan bersama-sama dengan Arab Saudi, dan hal ini dianggap sah secara fikih.

"Menurut fikih, ini adalah hal yang sah, jadi jangan ada yang mengatakan bahwa ini salah," pungkas Buya Yahya.

Meski demikian jika umat Islam mengikuti pendapat Mazhab Syafi'i, maka Puasa Arafah dan penyembelihan hewan kurban akan tetap mengikuti keputusan dari pemerintah Indonesia, bukan dari Arab Saudi.

BACA JUGA:Emang Boleh Kurban Idul Adha Cuma Potong Ayam? Gus Baha: Alasan Imam Qurtubi Masuk Akal

"Jika kita mengikuti Mazhab Imam Syafi'i, maka besoknya adalah Puasa Arafah dan kurbannya dilakukan keesokan harinya. Artinya, ada penundaan sehari. Sementara di Arab Saudi, orang tidak diperbolehkan berpuasa pada hari tersebut, hal ini adalah pandangan dari Mazhab Syafi'i," tambah Buya Yahya.

Kesimpulan dari Buya Yahya, setiap umat Islam diberikan kebebasan untuk memilih dalam hal penentukan mau ikut mana hari raya Idul Adha-nya.

Hal itu karena kedua pendapat tersebut berasal dari pandangan ulama-ulama besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: