Tren Kekerasan Anak Naik, Pelaku Libatkan Orang Terdekat

Tren Kekerasan Anak Naik, Pelaku Libatkan Orang Terdekat

Ilustrasi kekerasan anak dilakukan umumnya oleh orang terdekat--Freepik

JAKARTA, DISWAY.ID - Di era digitalisasi menjadi perhatian serius bagi berbagai pihak untuk lindungi anak, mulai dari lingkungan keluarga hingga sekolah yang merupakan lingkup terdekat anak-anak sehari-hari.

Spesialis Perlindungan Anak UNICEF Indonesia, Astrid Gonzaga Dionisio mengatakan, tren kasus kekerasan terhadap anak umummya melibatkan orang-orang terdekatnya sebagai pelaku. 

Sehingga, perlu menciptakan lingkungan yang aman dan protektif menjadi langkah penting yang dibutuhkan oleh orang tua, guru, hingga masyarakat di sekitar. 

BACA JUGA:Ini Saran Psikolog untuk Orangtua Dampingi Anak Korban Kekerasan Seksual

“Di sini pentingnya lingkungan yang protektif dan aman, yakni dari orang-orang yang terdekat dengan anak seperti keluarga, orang tua, guru, dan juga teman-temannya,” ujar Astrid dikutip pada Kamis, 20 Juni 2024. 

Astrid menekankan pentingnya pemahaman dan tindakan nyata dalam mencegah kekerasan terhadap anak di dunia digital melalui berbagai strategi dan pendekatan yang melibatkan semua pihak. 

"Pertama kita bisa mengacu pada undang-undang yang dibuat oleh pemerintah, khususnya yang relevan saat ini adalah UU tentang kekerasan seksual. Undang-undang ini memberikan kerangka hukum yang penting untuk melindungi anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan, termasuk yang terjadi di dunia digital," ujarnya. 

BACA JUGA:Mengandung Muatan Kekerasan, Kemendikbudristek Tarik Panduan Sastra Masuk Kurikulum

Menurutnya, tidak ada satu tempat di negara manapun yang tidak terjadi kekerasan terhadap anak. 

Perbedaannya, setiap negara memiliki sistem pelaporan dan penanganan yang komprehensif. 

“Sistem pelaporan dan penanganan yang tuntas itulah yang perlu kita adopsi," kata Astrid. 

BACA JUGA:Karyawati Penumpang KRL Ditabrak Bus Transjakarta saat Nyebrang Depan Stasiun Jatinegara

Di samping itu, dalam upaya mencegah kekerasan terhadap anak, UNICEF juga menginisiasi kampanye #JagaBareng yang mengajak semua pihak untuk saling peduli dan menjaga anak-anak, baik secara langsung maupun melalui perilaku digital. 

"Kampanye ini melibatkan unsur anak-anak, orang tua, dan guru. Fokusnya adalah pada basic parenting, yaitu bagaimana kita memeriksa keadaan anak dan mendengarkan apa yang mereka katakan," terang Astrid. 

Sementara itu, untuk menghadapi tantangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), UNICEF mengkampanyekan melalui hastag #ThinkBeforeYouClick. 

BACA JUGA:Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Psikiater Bilang Perilaku Kekerasan akibat Proses Kompleks di Otak

"Dengan AI, konten dapat dieksploitasi lebih mudah. Oleh karena itu, memastikan platform yang aman agar tidak dieksploitasi orang adalah langkah yang harus diambil," kata Astrid. 

Kampenye-kampanye yang dilakukan UNICEF ini dilakukan di Indonesia karena, Indonesia memiliki tingkat privasi internet yang sangat tinggi, dan anak-anak menjadi salah satu pengguna terbesar. 

Astrid menegaskan bahwa semua pihak harus melakukan pencegahan lebih dini. 

BACA JUGA:Alami Kekerasan Fisik dan Mental saat Pacaran dengan Rizky Irmansyah, Nikita Mirzani Ogah Lapor Polisi

Tak hanya itu, Astrid juga mengimbau para orang tua untuk melakukan pencegahan dengan melakukan perlindungan ketika anak mengakses internet. 

Salah satunya menggunakan password atau fitur kontrol orang tua pada gadget, demi menghindari tersebarnya data maupun informasi yang bersifat privasi.

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: