25% Pengidap Migrain Bisa Alami Skala Nyeri Berat, Kenali Penyebab dan Cara Mencegahnya

25% Pengidap Migrain Bisa Alami Skala Nyeri Berat, Kenali Penyebab dan Cara Mencegahnya

Sakit kepala biasa dan migrain berbeda--Getty Images

Pasalnya, migrain kerap disalahpahami dan dapat berdampak secara signifikan pada semua aspek kehidupan, termasuk kemampuan untuk bekerja, berhubungan sosial, serta kesehatan mental.

Dalam penjelasannya, terdapat beberapa pemicu serangan migrain, di antaranya, perubahan hormonal, stres, pola makan dan istirahat tidak teratur, bau menyengat, cahaya terang, serta konsumsi terlalu banyak obat.

Konsumsi makanan tertentu, seperti keju, alkohol, dan kafein juga bisa memancing serangan migrain.

BACA JUGA:Kenali Jenis-Jenis Migrain dan Gejalanya, Ini Cara Mengatasinya

Oleh karena itu, Prof. Dr. dr. Hasan Sjahrir, Sp.N(K) menjelaskan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah migrain.

Sesuai dengan situasi dan kondisi penyandang migrain, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah mencatat kapan saat migrain terjadi, minum lebih banyak air, memperhatikan pemilihan makanan, melakukan teknik manajemen stres, memperhatikan cuaca, serta makan dan istirahat dengan jadwal reguler atau teratur.

“Ini merupakan salah satu upaya untuk mengambil kendali dalam mengatasi migrain,” jelas Prof. Hasan Sjahrir.

BACA JUGA:Ini Penyebab Wanita Berisiko Lebih Tinggi Alami Migrain

Bertepatan pada puncak peringatan Bulan Kesadaran Migrain, PERDOSNI bersama PT Pfizer Indonesia mendorong tatalaksana migrain sebagai upaya perlindungan bagi penyandang migrain.

Dengan mengusung tajuk "Ambil Kendali, Atasi Migrain", Ketua PERDOSNI, Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.N. Subsp.NIOO(K), MH menyampaikan pentingnya mengatasi migrain guna mencegah risiko kesehatan yang serius, seperti stroke, gangguan psikiatri serta disabilitas.

Selain itu, pihaknya turut berharap akan meningkatnya kesadaran masyarakat melakukan deteksi dini migrain, serta terbentuknya Komunitas Peduli Migrain di Indonesia.

“Kami menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Ketenagakerjaan RI atas dukungannya memperhatikan tatalaksana migrain, termasuk dukungan penciptaan lingkungan yang suportif terhadap penyandang migrain,” tutur Dodik.

BACA JUGA:Penderita Migrain di Indonesia Naik 40%, Sakitnya Bisa Berjam-Jam Hingga Berhari-Hari

Dalam hal ini, Kemenkes turut mendukung peningkatan tatalaksana layanan primer terkait migrain, termasuk fasilitas kesehatan rujukan dan ketersediaan obat.

“Dengan memahami migrain, mereka yang mempunyai gejala migrain segera melaksanakan deteksi dini migrain. Pada saat yang bersamaan, tatalaksana layanan primer terkait migrain juga perlu ditingkatkan agar migrain dapat ditangani lebih lanjut secara tuntas,” ujar dr. Theresia Sandra Dian Ratih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: