Kasus DBD Tasikmalaya Tembus 1.118 Kasus, Apa Kata Kemenkes?

Kasus DBD Tasikmalaya Tembus 1.118 Kasus, Apa Kata Kemenkes?

Nyamuk DBD-Kasus melonjak hingga berstatus KLB di sejumlah daerah-Freepik

"Pelaksanaan PSN 3M Plus oleh masyarakat belum dievaluasi hasilnya,kegiatan PSN hanya berupa kerja bakti/gotong royong membersihkan sampah kurang menyasar pada pemberantasan sarang nyamuk," tandasnya.

BACA JUGA:Rekomendasi Ahli: Penting Imunisasi DBD untuk Anak Usia 6 Hingga 18 Tahun Cegah Keparahan dan Kematian

BACA JUGA:ASEAN Dengue Day 2024, Daerah Endemik Jadi Prioritas Vaksin DBD

Kemudian, faktor berikutnya adalah komitmen daerah dalam pencegahan DBD, termasuk deteksi dini, belum optimal karena keterbatasan SDM dan keterbatasan anggaran APBD masih minim (DBD bukan prioritas) menyebabkan konsistensi dan intensitas program pengendalian DBD masih belum optimal.

"⁠Perubahan iklim seperti El nino dan kondisi kepadatan penduduk kota serta mobilitas penduduk yang cukup tinggi menjadi faktor meningkatnya kasus DBD," paparnya.

Diketahui, curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan banyak terbentuknya tempat penampungan dan genangan air.

Hal ini menjadi tempat perindukan vektor nyamuk Aedes aegypti.

Sebelumnya, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Asep Hendra mengatakan bahwa pihaknya terus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat terkait pola hidup bersih dan sehat serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar agar terhindari dari DBD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: