Hilirisasi Nikel Halmahera Hanya 5 Persen untuk Baterai Mobil Listrik, Jatam: Penderitaan Masyarakat Lokal Terus Meningkat
Hilirisasi nikel Halmahera hanya 5 persen untuk baterai listrik, dengan alokasi yang terbesar adalah untuk kebutuhan pembuatan baja tahan karat atau stainless steel.-mongabay-
Sedangkan dalam mendukung hilirisasi nikel ini, pemerintah mencanangkan pada 2020 lalu untuk membangun sebanyak 30 smelter baru pada 2024.
Adapun alokasi nikel dari hilirisasi yang dicanangkan, di mana 5 persen untuk kebutuhann baterai mobil listrik, 8 persen masing-masing untuk pengecoran, pelapis logam dan logam campuran serta yang terbesar 70 persen untuk kebutuhan stainless steel.
Dari data ynag dilansir oleh Jatam, daerah operasi pertambangan dan hilirisasi nikel memiliki angka kedalaman kemiskinan yang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya.
Ini terjadi di Halmahera Tengah dengan indeks kedalaman kemiskinan sebesar 1.36 poin pada 2022 dan meningkat menjadi 1.80 poin pada 2023.
BACA JUGA:Ini Sumber Ledakan yang Terjadi di Cengkareng, 2 Rumah Hancur
BACA JUGA:Saksi Sidang PK Saka Tatal Dihadirkan Bukan Kaleng-kaleng, Ungkap Kesaksianya di Kasus Vina Cirebon
Apabila dibandingkan dengan kota dan kabupaten lainnya di Maluku Utara, indeks kedalaman kemiskinan Halmahera Tengah merupakan yang tertinggi kedua setelah Halmahera Timur. Indeks kedalaman kemiskinan Halmahera pada 2023 tersebut bahkan melampaui nilai rata-rata nasional sebesar 1.53 poin.
Indek kedalaman kemiskinan ini juga diiringi dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkan dari hilirisasi nikel tersebut.
Mulai dari permasalahan pertanahan dengan pencaplokan lahan secara sepihak, pengrusakan tanaman tanpa negosiasi, manipulasi kepemilikan lahan oleh oknum aparat desa, ganti rugi yang tidak adil hingga pengerahan aparat.
Selain itu warga juga kehilangan sumber air bersih, di mana salah satu smalter nikel mengkonsumsi air bersih 3 kali lebih banyak dari warga setempat.
Tidak hanya itu, dampak lingkungan juga menambah penderitaan masyarakat, hal tersebut terjadi pada masyarakat Kabupaten Halmahera karena terjadinya pencemaran pada sungai Sungai Sagea, Ake Doma, Ake Sake, Sungai Kobe, hingga Sungai Wosia.
BACA JUGA:Aksi Meita Irianty Siksa Anak di Daycare Depok Terekam Lewat 3 Video dengan 3 Anak yang Berbeda
Bahkan sungai tersebut sudah tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, di mana Dinas Kesehatan Weda Tengah telah memperingatkan warga agar tidak menjadikan air dari Sungai Kobe sebagai sumber pemenuhan untuk kebutuhan rumah tangga seperti minum, memasak dan mencuci.
Dari hasil pengujian sampel air yang dilakukan Jatam terhadap sungai tersebut yang hasilnya nilai kandungan nikel di Ake Doma mencapai 4,55 mg/L, Sungai Wosia 4,37 mg/L, dan Sungai Kobe 4,84 mg/L.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: