Benarkah Seseorang Suka Ringan Tangan Alami Kerusakan pada Otak? Ini Penjelasan Psikiater

Benarkah Seseorang Suka Ringan Tangan Alami Kerusakan pada Otak? Ini Penjelasan Psikiater

Dr Lahargo Kembaren, SpKj-Tangkapan Layar YouTube-

"Bagian otak prefrontal cortex gagal menjalankan fungsinya mengontrol perilaku dan kontrol diri. Bagian otak amigdala menjadi hiperresponsif sehingga ada trigger sedikit saja langsung memicu emosional," cetusnya.

Hal inilah yang berujung pada terjadinya perilaku kekerasan atau agresivitas.

"Ditambah dengan memori traumatis yang tersimpan di area hipokampus membuat adanya 'trigger' yang mengingatkan peristiwa tidak menyenangkan dapat memicu kemarahan dan agresivitas.

BACA JUGA:Sebelum Lakukan Sedot Lemak, Ahli Ingatkan Risikonya

BACA JUGA:IDI Beri Tips Pilih Klinik Kecantikan Sedot Lemak yang Aman

Terdapat beberapa faktor yang membuat orang hingga berperilaku kekerasan, mulai dari faktor genetik, mengidap tumor otak atau trauma kepala, gangguan metabolik, hingga pemakaian alkohol dan obat-obatan.

Selain itu juga riwayat menjadi korban perlakuan kekerasan, baik verbal, fisik, seksual di masa sebelumnya, menyaksikan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari hari, di rumah atau lingkungan sekitar, menjadi korban bullying, serta paparan media mengenai kekerasan, film, games, tontonan youtube, TV, medsos, dll.

Stresor psikososial dalam kehidupan sehari hari, seperti masalah keuangan, pertengkaran, perceraian, pendidikan, PHK, situasi tempat tinggal, juga berpengaruh pada perilaku seseorang tersebut.

Dokter yang juga berpraktik di RS Siloam Bogor itu juga mengatakan bahwa pola asuh berperan penting dalam membentuk perilaku anak, termasuk agresivitasnya.

BACA JUGA:Budi Gunadi Sadikin Resmi Buka INDO HEALTH CARE GAKESLAB EXPO 2024, Berlangsung 3 Hari!

BACA JUGA:Mengenal Penyempitan Pembuluh Darah, Penyakit yang Dialami Sonny Septian

Oleh karena itu, ia berpesaan agar memberikan pola asuh yang baik dengan memastikan anak tidak terpapar oleh berbagai peristiwa atau tontonan kekerasan yang dapat mengganggu otaknya sehingga muncul perilaku yang tidak diharapkan.

"Berikan kasih sayang dan miliki ikatan emosi yang baik dengan anak," tuturnya.

Tingkatkan komunikasi dengan anak sehingga orang tua dapat menjadi tempat anak berbagi saat mereka mendapatkan kesulitan, kebingungan dan frustasi dalam hidupnya," tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: