Program Mitra Tani Perum Bulog Siap Jawab Tantangan Ketahanan Pangan
Program Mitra Tani Perum Bulog Siap Jawab Tantangan Ketahanan Pangan-Bulog-
JAKARTA, DISWAY.ID-- No farmer, no food, no future (tidak ada petani, tidak ada pangan, tidak ada masa depan).
Kalimat yang kerap diungkapkan oleh Bayu Krisnamurthi selaku Direktur Utama Perum BULOG, tampaknya mewakilli kekhawatiran sebagian besar publik akan persoalan ketahanan pangan yang mulai tampak jelas di depan mata.
BACA JUGA:Perum Bulog Kembali Salurkan Bantuan Pangan, Demi Kendalikan Inflasi
BACA JUGA:Pemberdayaan Hulu ke Hilir, Cara Perum BULOG dalam Membantu Menciptakan Ketahanan Pangan
“Jumlah petani kita sudah semakin menurun dan di antara jumlah petani yang tersisa, sebagian besar sudah berusia tua. Pertanian menjadi semakin tidak menarik bagi generasi muda yang akan datang. Hal ini menjadi masalah serius dalam regenerasi pertanian kita,” ucap Bayu.
Selain jumlah petani yang turun, persoalan lainnya yang dihadapi dalam hulu ketahanan pangan adalah kelelahan tanah pertanian atau yang dikenal sebagai soil fatigue .
“Produktivitas kita stagnan antara lain karena petani menggunakan pupuk berlebihan sehingga lahannya menjadi tidak subur lagi. Untuk memperbaiki hal ini, maka harus direkayasa ulang lagi secara agronomi, sehingga lahan pertanian kembali menjadi subur,” ujar Prof. Dr. M. Ikhsan, Ekonom Pangan dari Universitas Indonesia.
BACA JUGA:Kolaborasi Bulog-Perpadi Dorong Petani Muda Perkuat Stok Pangan
BACA JUGA:Membantu Tingkatkan Produksi Beras Mitra Petani, Perum BULOG Gencar Melakukan Huluisasi
Hal ini merupakan hal yang tidak mudah dan harus dikoordinasikan secara baik, tambah Ikhsan.
Untuk menciptakan ketahanan pangan yang kuat, dibutuhkan kerjasama antara para pelaku rantai pasok pangan dari hulu ke hilir.
Berdasarkan prognosa neraca pangan nasional dari Badan Pangan Nasional, kebutuhan beras di Indonesia mencapai 31,2 juta ton.
Sedangkan menurut Biro Pusat Statistik (BPS), telah terjadi penurunan produksi pada periode 4 bulan pertama di tahun 2024 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.
Hal ini dikarenakan berbagai faktor termasuk krisis iklim, penurunan jumlah petani maupun fenomena El Nino.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: