Kanker Limfoma Hodgkin Stadium Lanjut Bisa Dicegah dengan Deteksi Dini, Ini Cerita Penyintas
Bulan Kesadaran Limfoma yang jatuh pada bulan September mengajak para penyintas untuk bercerita--Istimewa
Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, pakar hematologi-onkologi, menjelaskan bahwa kondisi Limfoma Hodgkin di Indonesia masih kurang terdiagnosis dengan baik.
“Banyak pasien baru datang ke dokter setelah penyakit mereka sudah memburuk. Tidak jarang, mereka juga mengalami salah diagnosis karena gejalanya yang tidak spesifik dan sering menyerupai penyakit lain,” ujarnya.
Masyarakat perlu mewaspadai beberapa gejala seperti munculnya benjolan di area kelenjar getah bening, yang dapat disertai dengan gejala sistemik yang kita sebut sebagai B symptoms yang meliputi demam lebih dari 38 derajat C tanpa penyebab yang jelas, keringat berlebihan di malam hari, serta penurunan bobot badan lebih dari 10% dalam 6 bulan berturut-turut tanpa disertai diet dan penyakit lain.
Apabila mengalami gejala seperti itu, segera temui dokter untuk mendapatkan pemeriksaan yang menyeluruh. Karena semakin cepat Limfoma Hodgkin didiagnosis, semakin besar peluang untuk memulai pengobatan yang tepat, dan semakin tinggi angka kelangsungan hidup pasien.
Saat ini, kita lihat maraknya pengobatan herbal dan berbagai pengobatan alternatif yang overclaim dapat mengobati kanker, mengobati benjolan dan lain sebagainya. Padahal, tidak ada pengobatan yang tidak melalui clinical trial atau pengujian klinis.
“Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada, serta kritis dengan segala bentuk pengobatan herbal dan sejenisnya yang belum terbukti melalui pengujian klinis,” ujarnya.
BACA JUGA:Profil dan Perjalanan Karier Puput Novel, Eks Penyanyi Cilik yang Meninggal usai Mengidap Kanker
Cerita Penyintas
Pentingnya kesadaran terhadap gejala awal juga disampaikan oleh para pasien yang berbagi cerita mereka dalam acara ini.
Intan Khasanah, seorang penyintas Limfoma Hodgkin, menceritakan betapa panjang dan sulitnya perjalanan yang ia tempuh sebelum akhirnya mendapatkan diagnosis yang tepat.
"Awalnya, saya didiagnosis TB setelah melalui pemeriksaan biopsi. Saat itu ada 2 benjolan seukuran kelereng yang muncul di leher kanan saya persis setelah saya terkena demam tinggi selama 3 hari. Akhirnya, selama 8 bulan saya rutin minum obat sembari melakukan kontrol ke RS. Namun semakin lama kondisi saya malah semakin parah, hingga koma dan masuk ICU. Ternyata ketika saya melakukan pengecekan ulang di dokter dan RS berbeda, diagnosis yang muncul adalah Limfoma Hodgkin, dan saat itu sudah terlanjur stadium 4. Mungkin terdengar aneh, tapi saya justru merasa lega saat dapat diagnosis itu,” ujarnya.
BACA JUGA:Profil dan Perjalanan Karier Puput Novel, Eks Penyanyi Cilik yang Meninggal usai Mengidap Kanker
“Yang ada di pikiran saya, "akhirnya misteri terpecahkan". Meski setelahnya tentu
perjalanan yang saya alami sama sekali tidak mudah, seperti rollercoaster, penuh ups and downs, terlebih saya berobat sambil tetap aktif sekolah, kuliah, dan bekerja selama 7 tahun penuh, saya tidak menyangka akhirnya bisa mendapat remisi total,” ucapnya.
Perjuangan melawan salah diagnosis juga dialami oleh Ias, seorang pasien Limfoma Hodgkin lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: