Korban Pencabulan Guru Ngaji Bertambah Satu, Polisi Ungkap Fakta Baru

Korban Pencabulan Guru Ngaji Bertambah Satu, Polisi Ungkap Fakta Baru

Jumlah korban pencabuilan guru ngaji bertambah satu setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan yang lebih dalam.-Dimas Rafi-

BEKASI, DISWAY.ID - Jumlah korban pencabulan guru ngaji bertambah satu setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan yang lebih dalam.

Adapu pelecehan seksual tersebut dilakukan oleh ayah dan anak dikenal sebagai guru ngaji, di mana korban terakhir dinikahi oleh salah satu pelaku saat remaja.

Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kompol Sang Ngurah Wiratama menerangkan sejauh ini hasil dari penyelidikan kepada korban pencabulan guru ngaji yang menjadi aksi bejat Sudin bin Mulin, (51 tahun) bersama seorang anaknya Muhammad Hadi Sopyan (29 tahun).

BACA JUGA:Cek Jadwal Tayang Film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis di Bioskop, Kisah Perjuangan Prilly Latuconsina Melewati Kehidupan Rumit

BACA JUGA:Anindya Bakrie di Depan Menko Airlangga: Pak, Saya Didaulat Jadi Ketum Kadin 2024-2029

"Fakta terbaru dari hasil penyelidikan yang bersangkutan juga ternyata sudah dinikahi oleh bapaknya berinisial S. Pada saat dinikahi umurnya 13 tahun, tahun 2022," ucap Wiratama.

Wiratama menjelaskan bahwa korban pertama kali datang ke tempat pengajian untuk mencari tempat berbicara.

Selanjutnya, korban merasakan kenyamanan yang akhirnya berujung pada pernikahan dengan S.

BACA JUGA:Keren! KAI Cetak Dua Rekor MURI Pada Rangkaian Perayaan HUT ke-79

BACA JUGA:Soraya Ungkap Fakta Meninggalnya Marissa Haque: Tidak Ada Gejala Apa-apa

"Akhirnya mau dinikahi di tempat ngaji tersebut, hingga akhirnya juga mau disetubuhi dan lain sebagainya. (Warga) enggak ada yang tahu sampai saat ini, tidak ada yang tahu, jadi hanya yang tahu itu hanya dia pelaku dan korban," terang dia.

Wiratama mengungkapkan bahwa polisi perlu melibatkan banyak pihak untuk membujuk para santriwati yang telah belajar mengaji bersama kedua pelaku agar mau menceritakan perbuatan mereka. 

Pendekatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa para santriwati bersedia memberikan kesaksian mereka untuk membantu penyelidikan kasus pelecehan seksual tersebut.

"Kita datangi kita coba trauma healing, kita ajak bicara karena pada saatnya memang untuk menumbuhkan rasa percaya diri untuk melaporkan ini berat, tidak semua orang mampu melakukan. Jadi kita menimbulkan rasa kepercayaan anak ini bahwa permasalahan ini bisa diselesaikan," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads