Lukisan Yos Suprapto Sarat Nilai Politik, Dosen Seni Rupa Sebut Seniman Terpecah 2 Kubu
Dosen Seni Rupa di ISI Yogyakarta dalam akun YouTube Channel Painting Explorer, Deni Junaedi--YouTube Channel Painting Explorer
JAKARTA, DISWAY.ID - Lukisan Yos Suprapto menuai kontroversi di akhir tahun 2024 karena dinilai tak hanya mengandung nilai estetis, tetapi juga sarat nilai politik.
Hal itu diungkapkan oleh Dosen Seni Rupa ISI Yogyakarta Deni Junaedi dalam akun YouTube Channel Painting Explorer yang sudah dikonfirmasi Disway.
Menurutnya, di dalam sebuah lukisan ada sebuah nilai estetis.
“Dalam salah satu pernyataannya di media, Yos mengatakan itu karya seni, mengomentari karyanya yang diturunkan. ‘Itu karya seni, bukan ungkapan politik’ ucap Yos kepada media,” ucap Deni mengutip ucapan Yos Suprapto.
Dalam bukunya berjudul Estetika, Deni Junaedi membagi nilai estetis independen dan dependen.
Nilai independen tak terpengaruh nilai etis agama dan lainnya. Ini bisa diterapkan ke kebudayaan manapun. Meskipun dikembangkan sekelompok orang atau kebudayaan tertentu.
Nilai dependen, adalah ketika properti estetis dikomposisikan maka akan memengaruhi nilai lainnya.
“Kalau dalam nilai estetis independen (keterkaitan seni dan politik adalah keniscayaan),” ucapnya.
Sosok Yos Suprapto di mata para seniman-Disway/Annisa Zahro-
Lukisan Yos Suprapto Juga Sarat Nilai Politik
Menurut Deni Junaedi, mau tak mau, lukisan Yos Suprapto memang tak hanya bernilai estetis atau seni, tetapi juga tentang politik.
“Misalnya dalam karya lukisan berjudul 2019 (lukisan mirip Jokowi dengan banteng) mau gak mau yang dibahas tentang Jokowi di pilpres 2019, mau gak mau gak hanya seni, ya itu tentang politik,” jelas Deni.
Kemudian Deni juga memaparkan lukisan Yos Suprapto lainnya misalnya yang berjudul Konoha 1 (lukisan dengan posisi Raja Jawa mirip Jokowi).
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: