bannerdiswayaward

Dedi Mulyadi Dijuluki 'Gubernur Konten', Klaim Hemat Anggaran Iklan Rp47 Miliar: Langkah Efisien atau Bumerang Politik?

Dedi Mulyadi Dijuluki 'Gubernur Konten', Klaim Hemat Anggaran Iklan Rp47 Miliar: Langkah Efisien atau Bumerang Politik?

Dedi Mulyadi mengaku bisa memangkas anggaran iklan media, dari Rp50 miliar menjadi hanya Rp3 miliar dengan memanfaatkan media sosial dan YouTube pribadi-Tangkapan layar Instagram@dedimulyadi71-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kini ramai dijuluki sebagai “Gubernur Konten”.

Dengan langkah itu Dedi Mulyadi mengaku bisa memangkas anggaran iklan media, dari Rp50 miliar menjadi hanya Rp3 miliar dengan memanfaatkan media sosial dan YouTube pribadi. 

Kebijakan ini menuai sorotan publik dan tanggapan dari pengamat politik.

BACA JUGA:Umumkan Pemenang BRImo FSTVL 2024, Nasabah BRI Bawa Pulang Mobil BMW hingga Ribuan Tabungan Emas

BACA JUGA:Alasan Jokowi Baru Bawa Ijazah Dikuliti Rocky Gerung: Playing Victim

Menurut Dedi Mulyadi, strategi digital ini merupakan cara efisien dan modern dalam menyampaikan program pemerintah kepada masyarakat, tanpa ketergantungan pada media konvensional. 

Namun, efektivitas dan dampak jangka panjang dari pendekatan ini menuai pro dan kontra.

Pengamat politik dari Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menyampaikan bahwa secara institusional, langkah Dedi layak diapresiasi karena berhasil menghemat anggaran publik secara signifikan.

“Dengan membuat konten rutin di media sosial, beliau bisa menghemat anggaran. Tapi di saat yang sama, intensitas produksi konten juga perlu diperhatikan agar tidak terkesan dipaksakan,” ujar Agung saat dikomfirmasi, Jumat 2 Mei 2025.

Agung juga menyoroti potensi persoalan jika konten tersebut melibatkan unsur-unsur yang tidak organik. 

BACA JUGA:Mendiktisaintek Ungkap Transformasi Pendidikan Tidak Bisa Ditunda, Harus Berdampak!

BACA JUGA:Presiden Prabowo Hari Ini Akan Resmikan Renovasi Sekolah hingga Bantuan Honorer

Ia mencontohkan adanya talent atau pelajar yang biasa muncul di iklan atau FTV turut dilibatkan dalam isu pelarangan wisuda dan acara perpisahan sekolah.

“Penting untuk menjaga konten tetap otentik, jangan sampai muncul kesan manipulatif atau pencitraan berlebihan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads