bannerdiswayaward

Menteri LH: Wisuda UNAS 2025 Dari Panggung Akademik ke Gerakan Lingkungan Global

Menteri LH: Wisuda UNAS 2025 Dari Panggung Akademik ke Gerakan Lingkungan Global

Pemerintah melalui Kementerian lingkungan hidup saat Wisuda UNAS 2025 mengingatkan peran strategis perguruan tinggi dan para lulusan dalam menghadapi krisis lingkungan yang kian mengkhawatirkan.-dok disway-

JAKARTA, DISWAY.ID – Pemerintah melalui Kementerian lingkungan hidup mengingatkan peran strategis perguruan tinggi dan para lulusan dalam menghadapi krisis lingkungan yang kian mengkhawatirkan.

Hal tersebut disampaikan saat wisuda Universitas Nasional dan menjelaskan jika pentingnya komitmen terhadap keberlanjutan serta tanggung jawab kolektif dalam menangani persoalan sampah, perubahan tata guna lahan, hingga tantangan global terkait polusi dan degradasi lingkungan.

Menteri Lingkungan Hidup - Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Dr. Hanif Faisol Nurofiq dalam wisuda UNAS bagi Wisudawan/i Sarjana dan Pascasarjana Periode I Tahun Akademik 2024/2025 pada Minggu, 15 Juni 2025 di Jakarta Convention Center (JCC) menegaskan jika wisuda bukan sekadar seremoni Akademik.

Namun merupakan titik awal kontribusi nyata para sarjana dalam membangun masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

BACA JUGA:Pemerintah RI Tunggu Putusan Pengadilan Militer AS, Tentukan Status Kewarganegaraan Hambali

BACA JUGA:Wanita Lansia Tewas Tertemper KRL di Pesanggrahan, Polisi Selidiki Penyebabnya

“Perguruan tinggi didorong menjadi agen perubahan, melalui integrasi prinsip keberlanjutan dalam kurikulum, riset, dan operasional kampus, guna menciptakan generasi pemimpin yang sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup,” ujar Hanif.

Ia juga mengingatkan bahwa para lulusan kini memikul tanggung jawab lebih besar dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. 

Lebih lanjut, wisuda tahun ini digelar dalam bayang-bayang apa yang disebut sebagai Triple Planetary Crisis (tiga krisis utama global) yang mencakup perubahan iklim, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. 

“Perubahan iklim sudah kita rasakan: permukaan air laut naik, cuaca semakin ekstrem, dan lahan pertanian menurun produktivitasnya. Ini berdampak langsung pada ketahanan pangan dan keberlangsungan negara kita,” paparnya.

BACA JUGA:Jamaah Diminta Tak Bawa Payung dan Kabel Rol ke Kabin Pesawat

BACA JUGA:Rano Bakal Gelar Jakarta Film Commission Berkelas Dunia di 2027

Krisis kedua, polusi, juga menjadi sorotan. Dari polusi udara hingga air dan sampah, Indonesia berada di titik kritis. 

Khususnya di Jabodetabek, polusi udara sudah berada pada tingkat tidak sehat dan mengancam kesehatan jutaan warga.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads