Pemerintah Resmi Perlebar Defisit APBN 2025, Ekonom Ungkap Kekhawatiran Ini
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati-Istimewa-
Sementara itu, Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat juga turut menyoroti alasan pelebaran defisit, yang malah dipicu oleh prioritas politik, bukan rasionalitas fiskal.
"APBN kita berhemat di belanja operasional kecil tapi menambah pengeluaran masif di program-program baru yang belum terbukti efektif. Program-program populis seperti Makan Bergizi Gratis, yang membutuhkan Rp 71 triliun, menguras fiskal di tengah penerimaan pajak yang justru melambat akibat penurunan harga komoditas global," jelas Achmad ketika dihubungi oleh Disway.
BACA JUGA:Uji Coba Robot Humanoid, Bukti Terobosan Polri Selalu Salah di Mata Publik
BACA JUGA:KPK Berpeluang Panggil Maman Aburrahaman dan Istri Terkait Surat Kunjungan ke Luar Negeri yang Viral
"Jika diteruskan, APBN bukan lagi shock absorber, melainkan bom waktu fiskal yang menunggu meledak," tambahnya.
Di sisi lain, Achmad juga turut menambahkan bahwa realisasi APBN 2025 sendiri masih jauh dari ideal kendati angka defisit masih di bawah 3 persen PDB.
Menurutnya, hal ini disebabkan karena pembiayaan anggaran yang sudah mencapai level 46 persen, sementara program seperti Makan Bergizi Gratis baru terealisasi Rp 5 triliun atau hanya 7,1 persen dari pagu.
"Ini mengindikasikan pemerintah jago menambah utang, tapi gagal mengeksekusi belanja prioritas secara cepat dan tepat. Analogi mudahnya seperti ini: kita sudah mencicil DP motor baru, tapi belum sempat dipakai untuk bekerja mencari uang. Utang berjalan, manfaat ekonomi belum muncul, efek ganda fiskal terhambat, sementara bunga utang terus menumpuk," pungkas Achmad.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
