bannerdiswayaward

Komdigi: Etika, Empati dan Pikiran Kritis adalah Benteng Terakhir Jurnalisme di Era AI

Komdigi: Etika, Empati dan Pikiran Kritis adalah Benteng Terakhir Jurnalisme di Era AI

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria mengungkapkan kemampuan berpikir kritis, etika, dan empati menjadi benteng terkahir dalam menjaga informasi publik. Jurnalisme berkualitas tidak bisa digantikan oleh mesin-Disway.id/Ayu Novita-

"AI harus diperlakukan sebagai mitra, bukan pengganti manusia. Kita harus AI-aware. Sadar bahwa kita menggunakan AI, tapi tetap mampu mengambil jarak. Jangan sampai kita diatur oleh AI,” tegasnya.

Ia juga turut mengingatkan esensi profesi jurnalistik yang tidak bisa digantikan teknologi.

"Mesin tidak punya nurani, empati, dan pengalaman hidup. Kualitas manusia lah yang memungkinkan kita memahami konteks yang kompleks, merasakan dampak sebuah cerita, dan menjaga loyalitas mutlak kepada publik," pungkasnya.

BACA JUGA:Nadiem Dibantarkan di RS, Kejagung Pastikan Ada Penjagaan Ketat

BACA JUGA:Punya Wakil Baru, Begini Tanggapan Mendagri Tito Karnavian

Sebelumnya, Dewan Pers secara resmi meluncurkan pedoman resmi terkait penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (Al) dalam produksi karya jumalistik. 

Di tengah kemajuan teknologi, Ketua Dewan Pers saat itu Ninik Rahayu mengatakan pedoman ini dirancang untuk memastikan bahwa teknologi Al digunakan secara etis, transparan, dan tidak mengorbankan integritas jurnalistik.

“Pada pagi hari ini, secara resmi Dewan Pers merilis peraturan Dewan Pers nomor 1 tahun 2025. Secara lengkap adalah peraturan Dewan Pers 1/Peraturan DP/I/2025 tentang perdoman penggunaan kecerdasan buatan dalam karya jurnalistik,” kata Ninik dalam konferensi pers di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat, 24 Januari 2025.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads