bannerdiswayaward

27 Tewas di Bentrokan Gaza: Klan Doghmush Lawan Hamas, Kekerasan Internal Pasca-Gencatan Senjata

27 Tewas di Bentrokan Gaza: Klan Doghmush Lawan Hamas, Kekerasan Internal Pasca-Gencatan Senjata

Warga Palestina berkumpul di tepi jalan saat kendaraan Palang Merah Internasional (ICRC) tiba untuk mengangkut kelompok kedua sandera Israel yang dibebaskan, di selatan Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah pada 13 Oktober 2025.--Bashar TALEB / AFP

JAKARTA, DISWAY.ID — Bentrokan berdarah antara pasukan keamanan Hamas dan anggota bersenjata dari klan Dughmush (juga disebut Doghmush) di Gaza City, Palestina.

Dalam bentrokan itu menewaskan setidaknya 27 orang, menandai salah satu konfrontasi internal paling mematikan sejak gencatan senjata Israel-Hamas berlaku.

Insiden ini terjadi di kawasan Tel al-Hawa, Gaza Selatan, di mana Hamas mengerahkan lebih dari 300 petarung untuk menyerbu blok pemukiman yang dikuasai keluarga Dughmush.

BACA JUGA:Di KTT Sharm El-Sheikh, Prabowo Saksikan Penandatanganan Damai untuk Gaza

Menurut sumber medis, korban tewas mencakup 19 anggota klan Dughmush dan 8 petarung Hamas, dengan pertempuran dimulai sejak Sabtu (11 Oktober 2025).

Hamas mengklaim operasi ini untuk "memulihkan ketertiban" setelah dua anggotanya, termasuk putra seorang komandan senior, dibunuh oleh klan tersebut.

Dughmush disebutnya pro Israel, sehingga dianggap berkhianat terhadap perjuangan rakyat Gaza.

Sementara itu, klan Dughmush menuduh Hamas memanfaatkan gencatan senjata untuk menargetkan mereka atas dugaan kolaborasi dengan Israel. Pihaknya, juga menampik disebut pro Israel.

Sejarah Panjang Konflik Klan Dughmush-Hamas

Klan Dughmush, salah satu keluarga paling berpengaruh di Gaza, memiliki hubungan tegang dengan Hamas sejak lama.

Mereka terlibat dalam penculikan tentara Israel Gilad Shalit pada 2006 melalui kelompok Jaish al-Islam, dan sering bentrok dengan Hamas pasca-pengambilalihan kekuasaan pada 2007.

BACA JUGA:KPK Panggil Ayah Eks Menpora Dito Ariotedjo Soal Kasus PT Antam-Loco Montrado, Belum Tampak Hadir

Pada 2008, bentrokan pernah menewaskan 10 anggota klan, termasuk saudara Mumtaz Doghmush, pemimpin Jaish al-Islam.

Kini, pasca-gencatan senjata, Hamas mengerahkan hingga 7.000 personel keamanan untuk mengisi kekosongan kekuasaan di wilayah yang ditinggalkan pasukan Israel.

Insiden ini mencerminkan perebutan kekuasaan internal, di mana klan-klan bersenjata seperti Dughmush menentang dominasi Hamas.

Beberapa laporan menyebut Hamas menangkap hingga 60 anggota klan, meski angka korban bervariasi—ada yang menyebut total 32 hingga 52 tewas.

Konflik ini meletus hanya beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi AS di bawah Presiden Donald Trump, yang mencakup pembebasan sandera dan penarikan pasukan Israel.

BACA JUGA:Rp2,2 T Beban Tahunan Whoosh, Pengamat Tolak APBN Bayar Utang: Biar Danantara yang Urus

Trump sendiri mengomentari situasi, menyatakan Hamas mendapat persetujuan sementara untuk "menghentikan masalah" di Gaza.

Namun, rencana perdamaian 20 poin Trump menuntut Hamas melepaskan senjata secara permanen yang merupakan sesuatu yang ditolak kelompok tersebut.

Insiden ini menimbulkan kekhawatiran akan perang saudara di Gaza, di mana senjata merajalela dan ketegangan antar-faksi meningkat pasca-perang besar.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads