Konser Kemanusiaan dan Etika Solidaritas Bangsa
Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)--
JAKARTA, DISWAY.ID -- Di tengah hiruk-pikuk politik, ekonomi, dan perdebatan identitas yang kerap memecah ruang publik, bangsa ini sesungguhnya masih memiliki satu energi pemersatu yang kuat: solidaritas kemanusiaan.
Ia tidak lahir dari pidato panjang atau regulasi berlapis, tetapi dari empati yang bergerak menjadi tindakan nyata.
Itulah yang terasa dalam Konser Kemanusiaan Kementerian Agama Republik Indonesia bersama Wali Band, sebuah ikhtiar kolektif untuk meringankan duka saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang terdampak banjir dan bencana alam.
BACA JUGA:Mendorong Area Studies di Indonesia: Jalan Menjadi Bangsa Besar
BACA JUGA:Transportasi Hijau Bukan Sekadar Opsi, Melainkan Keharusan
Kegiatan ini bukan sekadar konser atau seremoni penggalangan dana.
Ia adalah pesan moral di ruang publik: bahwa negara, lembaga pendidikan, tokoh agama, seniman, dan masyarakat dapat bertemu dalam satu bahasa yang sama—bahasa kemanusiaan.
Melalui kolaborasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terkumpul donasi sebesar Rp 2,8 miliar, yang akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.
Angka ini penting, tetapi maknanya jauh lebih besar daripada nominalnya.
Solidaritas sebagai Etika Publik
Bencana alam selalu datang tanpa memilih.
BACA JUGA:Menelusuri Mozaik Islam di Turki
Ia menguji bukan hanya ketahanan infrastruktur, tetapi juga kedalaman empati sosial.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: