Cerita Pengungsi Perang dari Kota Mariupol, Nadia: Anak Saya Sembunyikan Roti untuk Makan Besok Pagi
Nadia menceritakan kisah dirinya dan ketiga anaknya berhasil melarikan diri dari kampung halamannya, Kota Mariupol.-BBC/Roman Golovchak -
MARIUPOL, DISWAY.ID - Puluhan ribu warga sipil terjebak di Kota MARIUPOL, Ukraina, yang kini tengah dilanda kesulitan penerangan listrik, air bersih apalagi gas.
Berbagai upaya untuk membuka koridor distribusi bantuan dan evakuasi warga gagal.
Bagi mereka, yang telah berhasil melarikan diri, penderitaan masih jauh dari selesai, terutama untuk anak-anak mereka.
Cerita ini yang dialami Nadia Denysenko, dan anak-anaknya yang melarikan diri setelah 3 minggu di Mariupol dikepung dan diserang tanpa henti.
Selama berhari-hari mereka bertahan dengan kebutuhan yang menipis. Baik roti, sosis, dan air.
”Kami sangat senang bisa mendapatkan air kemasan,” kata Nadia, saat lolos dari pelarian bersama kedua putranya yang berusia 14 dan 5 tahun, dan satu putri berusia 12 tahun.
BACA JUGA:Kolam Ukraina
”Ketika perang dimulai, putra bungsu saya berkata, Bu, saya ingin makan roti,” ungkap Nadia, dikutip Disway.Id dari BBC.
Cerita ini adalah kisah lain di luar keberanian Nadia yang mampu keluar di tengah tragedi di kota asalnya.
Di dalam Mariupol, hari-hari mereka dihabiskan di balik dinding tebal. Malam berada di ruang bawah tanah. Mereka biasanya bangun jam 05.00.
BACA JUGA:Demi Berdamai dengan Rusia, Ukraina Siap Jadi Negara Non-Nuklir
Ledakan keras, kadang-kadang jauh, kadang-kadang dekat. Seakan tidak tidak membiarkan siapa pun untuk tidur.
"Itu adalah neraka. Hanya neraka," kata Nadia wanita berusia 39 tahun dan dulu bekerja di sebuah supermarket di kota itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: bbc