Mengapa Mayoritas Orang Indonesia Mendukung Rusia? Para Akademisi Beberkan Pandangannya

Mengapa Mayoritas Orang Indonesia Mendukung Rusia? Para Akademisi Beberkan Pandangannya

Presiden Joko Widodo bertemu dengan Vladimir Putin pada 2018, kedua negara bergabung dengan resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. -Dok. Sputnik/Alexei Druzhinin-

”Ini telah diisi oleh perspektif laten anti-Amerika dan anti-Barat, idealisasi para pemimpin kuat seperti Putin, argumen agama yang menunjukkan Rusia adalah sekutu Islam, dan diplomasi dan propaganda publik pro-Rusia yang meluas. Literasi digital yang buruk di Indonesia membuat perspektif pro-Rusia relatif mudah dipegang,” terangnya. 

Indonesia tidak asing dengan orang-orang kuat seperti presiden Rusia – seorang pria yang dikenal dengan kegemarannya dalam pemotretan macho.

Mendiang Presiden Soeharto, mantan jenderal, memerintah Indonesia dengan tangan besi selama lebih dari 30 tahun hingga akhir 1990-an dan banyak politisi Indonesia dulu dan sekarang memiliki ikatan dengan militer atau berasal dari keluarga elit politik.

”Popularitas tinggi seorang tokoh seperti Putin, saya pikir, berbicara tentang budaya politik dan sejarah otoriter Indonesia yang tidak liberal dan militeris,” tutur Ian Wilson, dosen studi politik dan keamanan di Universitas Murdoch di Perth, Australia, kepada Al Jazeera.

”Orang kuat otoriter telah lama dianggap baik, tegas dan teguh, dengan agresi dan penghinaan terhadap hak yang ditafsirkan secara positif sebagai tanda tekad. Patut diingat bahwa masih ada sentimentalitas yang signifikan bagi mantan diktator Soeharto.

”Mungkin juga bukan kebetulan bahwa tokoh politik populer dengan masa lalu militer dan citra kuat, seperti Prabowo Subianto [mantan calon presiden dan sekarang menteri pertahanan], kadang-kadang dibandingkan dengan Putin,” jelasnya. 

Sulaiman setuju bahwa, bagi banyak orang Indonesia yang menonton dari jauh, sosok seperti Putin lebih bisa diterima daripada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mantan komedian yang memenangkan Dancing with the Stars versi Ukraina pada 2006.

Sementara Zelenskyy tetap berada di Ukraina dan telah menginspirasi banyak orang dengan pembaruan videonya untuk rakyat Ukraina dan pidato yang menggugah di parlemen barat, ini tidak serta-merta diterjemahkan dengan baik untuk penonton Indonesia.

”Dalam budaya politik Indonesia, 'orang kuat' memiliki ciri khas otokratis, demagogis, dan meremehkan proses demokrasi,” kata Wilson. 

“Banyak yang melihat ini dalam diri Putin, tetapi tidak dalam sosok seperti Zelenskyy yang sering dicirikan dalam komentar sebagai 'boneka' kekuatan eksternal, meskipun kemunculannya sebagai pemimpin sejati di masa krisis,” sambungnya.

”Putin dianggap sebagai orang yang keren, kuat, dan banyak netizen yang sangat menyukai sosok seperti itu,” kata Sulaiman.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: al jazeera