Ini Lho 10 Skandal Match Fixing yang Menggegerkan Dunia, Nomor 9 Paling Gak Masuk Akal

Ini Lho 10 Skandal Match Fixing yang Menggegerkan Dunia, Nomor 9 Paling Gak Masuk Akal

Ilustrasi: Sepakbola. -Pixabay/@Ben_Kerckx-disway.id

Akibatnya, Marseille didgeradasikan ke Ligue 2 dan kehilangan gelar juara Ligue 1 mereka. Tapie sendiri dijatuhi larangan beraktivitas dalam dunia sepakbola seumur hidup.

6. Standard Liege (1982)

Standard Liege terlibat dalam skandal pengaturan skor yang mengguncang Belgia beberapa dekade lalu.

Manajer klub, Raymond Goethals telah menginstruksikan para pemain untuk memberikan bonus pertandingan mereka sebagai suap kepada lawan mereka.

Ini akan memungkinkan Standard Liege untuk memastikan kemenangan dan memenangkan trofi, selain juga memungkinkan mereka untuk menjaga skuad tetap fit dan tidak cedera untuk pertandingan lawan Barcelona di kancah Eropa.

Setelah skandal itu terungkap ke publik, Goethals dilarang menjadi pelatih di Belgia seumur hidup. 13 pemain Standard Liege juga dinyatakan bersalah dan dilarang beraktivitas di sepakbola Belgia.

Uniknya, Goethals kemudian menjadi pelatih Marseille saat menjuarai Liga Champions 1993, pada tahun yang sama saat klub Prancis itu juga terlibat dalam skandal match fixing.

7. Choi Sung-kuk (2011)

Sepakbola Korea Selatan diguncang kasus yang tak terduga pada 2011 ketika adanya match-fixing terbesar yang melibatkan puluhan pemain aktif dan mantan pemain K-League. 

Terutama, Choi Sung-kuk, mantan pemain depan Korea Selatan, menerima larangan bermain sepakbola seumur hidup di negara itu. 

FIFA kemudian membuat keputusan untuk memperpanjang larangannya di seluruh dunia, yang pada dasarnya mengakhiri kariernya.

Choi dinyatakan bersalah karena mengatur dua pertandingan saat bermain untuk mantan timnya Gwangju Sangmu.

Skandal itu, yang telah menyebar ke puluhan pesepakbola, membuat Choi menerima hukuman penjara 10 bulan.

Hukuman Choi adalah salah satu hukuman terberat yang diberikan kepada seorang pesepakbola karena kasus match fixing.

8. Kurt Rothlisberger (1997)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads