Rusia Anggap Dolar dan Euro Toxic, Mau Transaksi Gunakan Rubel
Rusia anggap dolar dan euto toxic, serta mengambil keputusan untuk melakukan transaksi hanya menggunakan rubel.-ilust disway - freepik-
“Untuk itu kita harus berpikir tentang perlunya de-dolarisasi dalam kegiatan ekonomi asing untuk memastikan kedaulatan mereka. Ternyata, jika ada kemauan politik, masalahnya besar dapat dipecahkan,” tambahnya.
BACA JUGA:Breaking News: KPK Tangkap Tangan Rektor Universitas Negeri di Lampung
BACA JUGA:KPAI Beri Pendampingan dan Pengawasan ke Kedua Anak Ferdy Sambo Usai Dapat Perundungan di Sekolah
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menolak pembayaran menggunakan mata uang dolar Amerika atau euro untuk penjualan gas Alamnya yang dipasok ke negara-negara yang tidak bersahabat, termasuk anggota Uni Eropa (UE) dan Amerika.
Dalam kebijakan barunya tersebut, Putin hanya menginginkan mata uang rubel sebagai alat pembayaran yang sah dalam penjualan gas alamnya ke Amerika dan Uni Eropa.
"Selama beberapa pekan terakhir, beberapa negara Barat mengambil ‘keputusan tidak sah’ untuk membekukan aset Rusia, sehingga merusak reliabilitas mata uang mereka," kata Putin.
"Ini tidak masuk akal bagi kita untuk memasok barang-barang ke UE dan AS, namun menerima pembayaran dalam dolar, euro, dan mata uang lainnya," sambungnya.
BACA JUGA:Anak Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Mulai di Bully, KPAI: Terjadi di Kawasan Sekolah
BACA JUGA:Putri Candrawathi, Tolong Segera Jujur dan Terbuka
Putin memutuskan untuk mengimplementasikan serangkaian langkah untuk mengalihkan pembayaran ke rubel, dimulai dengan gas alam Rusia dalam waktu secepat mungkin.
Terlepas apapun kondisi saat ini, Putin berjanji bahwa Rusia akan terus memasok gas sesuai dengan volume dan harga dalam kontrak yang ada.
"Perubahan hanya akan memengaruhi mata uang pembayaran," ujarnya.
BACA JUGA:Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin Jalani Tes Narkoba Setelah Video Pestanya Bocor di Dunia Maya
BACA JUGA:Ayah Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak Tewas Kecelakaan di Tol Pemalang Batang
"Saya meminta pemerintah untuk mengeluarkan arahan yang relevan kepada (raksasa industri gas Rusia) Gazprom untuk mengubah kontrak yang ada," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: