Afrika Terbelah Menjadi Dua, Wilayah Afar dan Lembah Afrika Timur Akan Menjadi Lautan

Afrika Terbelah Menjadi Dua, Wilayah Afar dan Lembah Afrika Timur Akan Menjadi Lautan

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa Afrika terbelah menjadi dua, di mana wilayah Afar dan lembah Afrika Timur akan menjadi lautan. -geology.com -

JAKARTA, DISWAY.ID – Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa Afrika terbelah menjadi dua, di mana wilayah Afar dan lembah Afrika Timur akan menjadi lautan.

Terbelahnya benua Afrika menjadi dua diungkapkan oleh para peneliti dimana akan terbentuknya samudera baru.

Benua Afrika berlahan akan bergerak memisahkan diri dan mebentuk sebuah perairan baru.

BACA JUGA:LPSK Telah Kirimkan Surat Agar Wawancara Richard Elizer Tidak Ditayangkan, Manager Nasution: Kami Hanya Terima Surat Tembusan

BACA JUGA:Istri Moeldoko Meninggal Dunia, Rencana Pemakaman Digelar Siang Ini

Adapun negara-negara yang terdampak terhadap Afrika terbelah menjadi dua adalah Uganda dan Zambia.

Terbelahnya Afrika menjadi dua tak lepas dari terbentuknya East African Rift atau Retakan Afrika Timur yang merupakan retakan sepanjang kurang lebih 36 km yang berada di gurun Ethiopia pada tahun 2005 lalu.


Adapun negara-negara yang terdampak terhadap Afrika terbelah menjadi dua adalah Uganda dan Zambia. -zambianobserver.com-

Menurut Geophysical Research Letters terbentuknya retakan ini akibat adanya proses tektonik yang mirip dengan yang terjadi di dasar lautan.

Retakan tersebut teridentifikasi berada di perbatasan tiga lempeng tektonik dan sejalannya waktu terus menjauh.

BACA JUGA:Euy, Heboh Beijing Tiba-tiba Turun Hujan Cacing, Benarkah?

BACA JUGA:Beijing Syiah-Sunni

Christopher Moore seorang mahasiswa doktoral di University of Leeds menjelaskan bahwa peristiwa ini merupakan satu-satunya yang terjadi di dunia dan dapat dilihat bagaimana sebuah retakan pada benua dapat menjadi celah samudera.

Pergeseran tektonik seperti ini juga terjadi dalam pembentukan Laut Merah dan Teluk Aden antara Afrika Timur dan Asia Barat.

Dari pantauan yang dilakukan dengan menggunakan GPS, menunjukkan bahwa pergerakan tanah di antara lempeng tektonik ini terus terjadi dengan kecepatan yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait