Tetap Belajar di Hari Tua dapat Menurunkan Risiko Demensia

Tetap Belajar di Hari Tua dapat Menurunkan Risiko Demensia

Belajar di hari tua dapat menurunkan risiko demensia-Ilustrasi/Freepik -

JAKARTA, DISWAY.ID-Demensia sejatinya bukan penyakit sungguhan. Kondisi ini adalah sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat, berpikir, bertingkah laku, dan berbicara.

Sebuah studi baru yang dilansir dari Study Find telah menemukan bahwa tetap belajar di hari tua dapat menurunkan risiko demensia.

Para ilmuwan di Institute of Development, Aging, and Cancer (IDAC) Tohoku University mengatakan bahwa memilih untuk mengikuti kelas keterampilan, bahasa, atau hobi baru di usia paruh baya dapat membantu melindungi otak.

BACA JUGA:Peraturan Jaminan Hari Tua Direvisi, Seperti Apa Ketentuan Barunya?

"Di sini kami menunjukkan bahwa orang yang mengikuti kelas pembelajaran apa pun memiliki risiko lebih rendah terkena demensia lima tahun kemudian," ujar penulis studi, Dr. Hikaru Takeuchi.

"Pendidikan orang dewasa juga dikaitkan dengan pelestarian penalaran nonverbal yang lebih baik dengan bertambahnya usia," imbuhnya.

Bekerja sama dengan rekan penulis studi sekaligus seorang profesor, Dr. Ryuta Kawashima, Dr. Takeuchi menganalisis data yang awalnya dikumpulkan oleh UK Biobank.

Sebuah proyek penelitian yang sedang berlangsung yang telah mengumpulkan informasi genetik, kesehatan, dan medis dari sekitar setengah juta sukarelawan Inggris.

BACA JUGA:Studi Baru Menunjukkan Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Penyakit Demensia

Mereka menganalisis total 282.421 peserta Biobank untuk penelitian ini secara khusus.

Mereka awalnya mendaftar antara tahun 2006 dan 2010 dan berusia 40 hingga 69 tahun pada saat pendaftaran. Para peneliti melacak mereka selama rata-rata tujuh tahun.

Kemudian, berdasarkan genotipe setiap orang pada 133 single-locus polymorphisms (SNPs) yang relevan dalam DNA mereka, tim memberi setiap peserta 'skor risiko poligenik' prediktif untuk demensia.

Para orang dewasa ini juga diminta untuk melaporkan apakah mereka pernah mengikuti kelas pembelajaran, tanpa memberikan rincian mengenai frekuensi, mata pelajaran, atau tingkat akademis.

Tim peneliti memilih untuk fokus pada data dari kunjungan pendaftaran awal peserta serta penilaian tindak lanjut ketiga yang dilakukan antara tahun 2014 dan 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads