Menjernihkan Identitas Politik dan Politik Identitas pada Amin

Menjernihkan Identitas Politik dan Politik Identitas pada Amin

KH Dr Aguk Irawan MN-Dokumentasi Pribadi-

MANUSIA lahir ke bumi tanpa kesadaran, kehendak, dan pilihan dirinya sendiri. Namun, bayi manusia lahir di dalam ruang dan zaman yang sudah terbentuk. Identitas pun disematkan padanya, mau tidak mau.

Seorang ayah dan istrinya mempertimbangkan segala kemungkinan, harapan, doa, dan pengetahuan. Lahirlah proses penamaan bersama segala ritual adat maupun keagamaan. Proses memberi nama bagi bayi yang baru lahir menjadi bernilai, sakral, penuh haru biru kebahagiaan.

Bayi yang lahir di lingkungan tertentu akan turut berwarna sesuai lingkungannya, sesuai adat, budaya, suku, agama, kebangsaan, dan kewarganegaraan yang berlaku. Interaksi antara orangtua dan masyarakat dengan sang bayi bermulai dari bahasa, lalu laku tindakan, yang bermuara pada pertumbuhan dan perkembangan sang bayi.

Saat tumbuh dewasa, manusia mulai belajar mandiri, membangun lingkungannya sendiri, membentuk nilai-nilai barunya sendiri, yang mungkin melengkapi atau bahkan berlawanan dengan segala apa yang telah diambil dan dipelajari dari keluarga dan masyarakatnya sejak kecil. Identitas baru terbentuk berbeda dari identitas lama.

Identitas Politik

Identitas manusia pada gilirannya berkembang, bukan saja disebabkan faktor budaya, bahasa, masyarakat, lingkungan geografis maupun lingkungan pergaulan. Identitas ini juga dibentuk oleh tujuan-tujuan ideal politik, strategi-strategi praktis pragmatis politik.

Manusia pun disebut zoon politicon oleh filsuf Yunani, Aristoteles. Manusia yang berhubungan dengan lingkungan maupun manusia lain; membentuk relasi-relasi yang saling fungsional, atau bertindak karena struktur nilai dan sistem yang mengatur, atau saling menafsirkan sikap orang satu sama lain, atau bahkan berkonflik.

BACA JUGA:Kenapa Intoleransi Ekonomi Merusak Tatanan Bonus Demografi?

Karena ada keinginan bersama untuk hidup berdampingan demi menggapai harapan yang sama, manusia membentuk sebuah jaringan dan wadah organisasi. Mulai dari tingkat yang paling kecil institusi keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Institusi komunitas yang terdiri dari orang yang memiliki kesamaan visi. Hingga organisasi besar yang disebut negara dengan satu sistem pemerintahan yang disepakati.

Manusia membutuhkan kerjasama untuk bisa bertahan hidup dan mencapai prestasi yang lebih besar, yang hanya bisa diraih dengan cara bekerja sama. Manusia pun menetapkan aturan bahwa kepentingan bersama harus lebih didahulukan dari pada kepentingan pribadi atau kelompok. Ini yang disebut sistem demokratis dalam bernegara.

Dalam perjalanan kerjasama tersebut, ada satu individu yang memiliki kelebihan dibandingkan yang lain, baik itu berupa kekuatan fisik, kecerdasan akal, atau kelebihan-kelebihan material. Mereka menonjol di antara yang lain. Terpilihlah dia sebagai pemimpin kelompok dan orang-orang. Ini pilihan berbeda dari kelompok sebelumnya yang demokratis. Lahirlah sistem monarki dalam bernegara.

Mau tidak mau, identitas politik tidak bisa dihindari. Sebagian bangsa dan negara merasa lebih cocok dan nyaman dengan demokrasi. Sebagian yang lain lebih nyaman dengan monarki. Selain demokrasi dan monarki, masih banyak pilihan-pilihan lain yang pernah diciptakan oleh manusia, seperti teokrasi, fasis, sosialis, komunis, dan lainnya.

Politik Identitas

Berbeda dari identitas politik adalah politik identitas. Jika identitas politik menyangkut ciri khas, karakter, nilai-nilai ideal maupun pragmatis dari sistem politik dalam sebuah negara maka politik identitas terkait upaya-upaya meraih kekuasaan dengan memanfaatkan identitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: