Kasus Kematian Kanker Anak Dipicu Terlambat Deteksi Dini, Leukemia dan Limfoma Terbanyak
Kanker Anak-Terbanyak limfoma dan leukeumia-BBC/Getty Image
JAKARTA, DISWAY.ID - Deteksi dini kanker anak penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Pasalnya, kasus kematian anak rata-rata karena terlambat terdeteksi atau sudah stadium lanjut.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat melakukan kunjungan ke Rumah Singgah “Rumah Kita”, milik Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), ingin mengetahui jenis penyakit yang paling umum diidap oleh penderita kanker dan kondisi mereka saat ini.
Budi mengakui kasus terbanyak yaitu leukemia dan limfoma.
"Paling banyak limfoma dan leukemia, dan banyak yang terlambat diidentifikasi," ujar Budi dalam keterangan resmi.
BACA JUGA:KAI Ajak Anak Pejuang Kanker Bertualang di Hari Kanker Sedunia
Dia menegaskan pemerintah akan memperkuat kegiatan deteksi dini di puskesmas.
“Mulai tahun ini, seluruh puskesmas akan kita kasih alat-alat untuk periksa darah untuk memastikan leukemia dan limfoma bisa dideteksi sejak dini dan bisa langsung kita rujuk ke rumah sakit,” kata Budi.
Adapun, alat-alat kesehatan, yakni hemato analyzer dan blood chemical analyzer untuk deteksi leukemia dan limfoma, serta oftalmoskop untuk deteksi kanker mata (retinoblastoma), akan dikirim ke 10.000 puskesmas di Indonesia.
“Jadi kalau ada gejala, bisa kita deteksi lebih dini, apakah kanker atau bukan. Bila terdeteksi kanker, nanti langsung dikirim ke rumah sakit di 514 kabupaten/kota yang akan kita bangun layanan kemoterapi, sehingga kalau bisa mencegah supaya jangan keburu lanjut, karena kalau (stadium) lanjut akan susah ditangani, kasihan mereka,” kata Budi.
“Kami juga ingin mendidik dokter-dokter dan perawatnya untuk bisa deteksi dini kanker,” imbuhnya.
Fasilitas Terapi Diperbanyak
Pemerintah secara bertahap menyediakan fasilitas kemoterapi di 514 kabupaten/provinsi dan fasilitas kemoterapi di seluruh provinsi di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: kemenkes