Ketua Banggar DPR RI: PPN Indonesia Saat Ini Tertinggi Kedua di ASEAN, Kalau Naik 12 Persen Jadi Tertinggi di ASEAN

Ketua Banggar DPR RI: PPN Indonesia Saat Ini Tertinggi Kedua di ASEAN, Kalau Naik 12 Persen Jadi Tertinggi di ASEAN

tarif PPN Indonesia yang saat ini sebesar 11 persen, tercatat sudah tertinggi nomor dua di ASEAN, jika PPN naik 12 persen akan menjadi yang tertinggi di ASEAN.-freepik-

JAKARTA, DISWAY.ID - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah membandingkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) di Indonesia dengan negara lainnya.

Ia mengatakan tarif PPN Indonesia yang saat ini sebesar 11 persen, tercatat sudah tertinggi nomor dua di ASEAN, jika PPN naik 12 persen akan menjadi yang tertinggi di ASEAN.

"Filipina tarif PPN-nya tertinggi di ASEAN sebesar 12 persen, Indonesia 11 persen, Malaysia, Kamboja, dan Vietnam masing-masing 10 persen, sementara Singapura, Laos, dan Thailand mencapai 7 persen. Kalau tahun depan kita naik 12 persen, menjadi tertinggi di ASEAN," ungkap Said, Minggu, 17 Maret 2024.

BACA JUGA:Pramugari Dituding Penyebab Insiden LATAM LA800, Boing Singgung Penutup Sakral di Kursi Kokpit

BACA JUGA:Ceramah Singkat Puasa Ramadhan tentang Membaca Alquran, Bikin Hati Lebih Adem

Atas rencana pemerintah tersebut, Said juga menyoroti tingkat daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih jika dibandingkan dengan periode sebelum 2019, atau sebelum pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, ia mewanti-wanti pemerintah untuk berhati-hati terkait rencana untuk menaikkan PPN  menjadi 12 persen. 

“Saya meminta pemerintah untuk membuat kajian atas rencana kenaikan PPN ini lebih komprehensif, mempertimbangkan semua aspek, bukan semata mata keinginan untuk menaikkan pendapatan negara” kata dia.

BACA JUGA:Manager Tim Beberkan Jorge Martin Bakal Hengkang dari Pramac Racing, Pindah ke Pabrikan?

BACA JUGA:Penampakan Jonathan, Kura-Kura Berusia 192 Tahun yang Dipelihara Kerajaan Inggris

Politisi PDIP ini mengatakan konsumsi rumah tangga pada 2023, memang tumbuh 4.82 persen.

Namun perlu diingat bahwa pertumbuhan itu masih lebih rendah ketimbang dengan rata rata 2011-2019 yang berada di level 5.1 persen.

"Kita juga bisa mencermati angka Indeks Pejualan Riil (IPR) antara periode sebelum covid19 dengan periode pemulihan sejak dua tahun lalu. Pada tahun 2019 IPR sempat menyentuh 250, dengan angka terendah 220, sementara paska Covid19, setidaknya di tahun 2023, IPR tahun 2023 rata rata dibawah 210,” jelasnya.

BACA JUGA:Jadwal Ujicoba Timnas Indonesia U-20 Vs Timnas China U-20, 37 Pemain Dipanggil Termasuk 5 Pemain Abroad 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: