Pengamat Sebut Maraknya Kasus Bullying di Sekolah dan Pesantren: Praktik Keagamaan hanya Sekadar Rutinitas
Bahasa memiliki kekuatan yang luar biasa dan penggunaannya yang merendahkan dapat menjadi kunci utama di balik kejadian perundungan di berbagai tempat. --istockphoto
JAKARTA, DISWAY.ID – Kasus bullying di lingkungan sekolah dan Pesantren seolah tak habis terjadi.
Terbaru, siswa SMP mengalami perundungan di kawasan Bojonggede, Kabupaten Bogor.
BACA JUGA:Motif Bullying Siswi SMP di Bogor, Polisi Amankan 2 Pelaku
Selain itu, beberapa waktu terakhir juga terjadi kasus pembullyan dan penganiayaan di lingkungan pesantren oleh sesama santri hingga merenggut nyawa.
Semakin banyaknya kasus bullying ini menjadi salah satu tanda degradasi moral karakter bangsa.
Pengamat pendidikan Andreas Tambah menilai bahwa hal ini menjadi fenomena yang memprihatinkan.
Terlebih, pendidikan karakter bukan hanya dilakukan di sekolah, tetapi lingkungan masyarakat.
BACA JUGA:Viral! Seorang Siswi Diduga Jadi Korban Bullying Rekannya di Depok
"Saya yakin, dulu juga merasakan sebagai murid, guru, kepala sekolah, dosen, kita tidak kurang-kurang mendidik anak," tutur Andreas ketika dihubungi pada Sabtu, 18 Mei 2024.
Sayangnya, apa yang terjadi di masyarakat justru sebaliknya.
"Inilah yang harus kita pikirkan karena pendidikan karakter adalah sebuah contoh, sebuah panutan," lanjutnya.
Pegiat literasi tersebut menambahkan, belajar bukan hanya di sekolah, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat.
BACA JUGA:Tangani Kekerasan dan Bullying di Sekolah Pakai Dana BOS, Begini Programnya
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: