Deflasi Dua Bulan Berturut-turut, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?

Deflasi Dua Bulan Berturut-turut, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?

Ilustrasi Deflasi-Unsplash-

JAKARTA, DISWAY.ID - Sejak bulan Mei dan Juni 2024 lalu, Indonesia sudah mencatat tingkat deflasi sebesar 0,08% (mtm) atau mencapai 2,51% (yoy).

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) turun drastis sebesar 0,08% pada Juni 2014 dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

BACA JUGA:Indonesia Deflasi Dua Bulan Berturut-Turut, Ekonom Minta Pemerintah Perhatikan Hal Ini

BACA JUGA:Masyarakat Enggan Beli Mobil Baru, Spiral Deflasi Diperkirakan Melanda Industri Otomotif Indonesia

Menurut keterangan Ekonom Teguh Dartanto, deflasi ini merupakan pertanda bahwa ekonomi Indonesia tengah mengalami kelesuan, terutama ketika daya beli masyarakat juga sedang turun.

"Deflasi yang sudah berlangsung selama dua bulan ini bisa jadi sinyal permintaan barang dan jasa masyarakat menurun," kata Teguh dalam keterangan tertulis resminya pada Selasa 2 Juli 2024. 

Hal serupa juga dikatakan oleh Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia.

Menurut Barra, deflasi yang terjadi selama dua bulan ini memang terbilang sangat jarang terjadi. Dalam 10 tahun terakhir, hanya terjadi satu kali deflasi yaitu pada Juni yakni di 2021.

BACA JUGA:Realisasi Anggaran Pengendalian Inflasi Capai Rp39 Triliun per Mei 2024

BACA JUGA:Jokowi Banggakan Inflasi Mei 2024 Hanya 2.83 Persen: Salah Satu Terbaik di Dunia

"Deflasi bulan Juni ini memang disebabkan oleh melandainya harga komoditas pangan dan normalisasi setelah puasa. Tapi, daya beli masyarakat terutama kelas bawah juga sudah melemah," jelas Barra. 

Deflasi bulanan sendiri sebagian besar didorong oleh penurunan harga komoditas makanan pasca hari raya Lebaran beberapa waktu lalu, dengan deflasi 0,98% (mom) pada Juni 2024 dari deflasi 0,69% (mom) pada Mei 2024.

Dengan penghasilan yang tidak naik maka mereka akan memilih mengurangi pembelian, permintaan pun akan melambat dan harga akan turun.

Menurut pendapat Ekonom UI Ninasapti Triaswati, tren suku bunga tinggi saat ini juga memberikan tekanan kepada para sektor usaha terkait, dan menjadi alasan mengapa investasi menjadi terhambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: