Pojokan 216: Pancong vs Corndog

Pojokan 216: Pancong vs Corndog

Dr. Mahnan Marbawi MA-Dok. Manhan Marbawi-

JAKARTA, DISWAY.ID - Tak ada hubungan darah apalagi hubungan intim antara kue Pancong dengan Corndog. Walau kadang ada hubungan gelap antara Serabi dengan kue Pancong.

Atau cinta segitiga diantara mereka dengan kue Pukis. 

BACA JUGA:Pojokan 214: Nilai Kata

Perselingkuhan yang juga sering terjadi antara penguasa, politisi, oligarki pengusaha dan intelektual.

Tengok saja asal leluhur dua kue tersebut, jauh berbeda. Kue Pancong merupakan kudapan yang berasal dari Betawi. Terbuat dari dari tepung beras atau tepung ketan, garam, kelapa dan santan. Menciptakan rasa gurih pada pancong. Biasanya kue Pancong disajikan dengan taburan gula pasir dan lelehan gula merah sehingga memiliki rasa manis.

Sementara Corndog berasal dari negeri ginseng Korea Selatan. Corndog merupakan camilan yang dibuat dari adonan tepung dicampur ragi, kemudian diisi dengan sosis hingga potongan keju mozzarella sebelum dibalut dengan tepung panir dan digoreng hingga garing.

Mereka tak pernah bergaul akrab bahkan tak pernah hidup bersama di piring hidangan. Keduanya sama-sama memiliki penggemar sendiri. Walau diakui, kudapan Pancong masih kalah pamor dengan Corndog, BBQ, Kimchi hingga Bulbogi. Baik dari harga, kemasan dan tampilan. Kalau soal rasa, masih berani bersaing lah. 

Soal kalah pamor ini, lebih karena Corndog sering diundang pembicara dalam industry film semisal drama Korea (Drakor). Menghiasi obrolan para pelakonnya dengan tampilan yang terlihat mewah. Model industry kreatif yang didesain sejak tahun 1980-an sebagai bagian dari Korean Wave.  Sesuatu yang lupa di bangun oleh kita, membangun peta jalan kebudayaan  melalui industry kreatif.

BACA JUGA:Pojokan Sri

Sementara kue Pancong, sebagai makanan tradisional, nasibnya yang sulit masuk ke industry kreatif. Padahal tak kalah hebat soal rasa dan tampilan. Asal kreatif, kue Pancong dan sejenisnya bisa dikreasikan dengan berbagai topping seperti cokelat, keju hingga matcha.​

Maka kue Pancong paling bisa berpasangan dengan kue Pukis atau sekali-kali berselingkuh dengan Serabi. Khususnya soal topping untuk terlihat cantik di hidangan piring, ketika keriaan atau hajatan. 

Masuk hotel saja, jarang sekali terjadi. Hanya hotel yang punya ideologi kuliner saja yang berani memasukan kudapan tradisional ke menu hidangannya.

Kesamaan dari semua kudapan itu, sama-sama jajanan kaki lima. Itu saja!

Nasib kue Pancong, Pukis, Serabi, Kerak Telor, Klepon, dan kuliner tradisional lainnya masih di bawah garis kemiskinan. Perlu mendapat bantuan dari Menteri yang menangani kebudayaan dan makanan.  Mungkin bisa masuk dalam program Badan Gizi yang baru dibentuk. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: