Waspada PPOK, Ikuti Saran Ahli Paru Tangkal Polusi Udara di Dalam dan Luar Ruangan

Waspada PPOK, Ikuti Saran Ahli Paru Tangkal Polusi Udara di Dalam dan Luar Ruangan

Polusi Udara Berbahaya Bagi Paru-paru -(Foto: Catazul/Pixabay)-

BACA JUGA:Atasi Polusi, DLH DKI Jakarta Kerja Sama dengan dengan Clean Air Fund untuk Perbaikan Kualitas Udara

Dijelaskannya, PPOK dapat disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari paparan asap rokok, kendaraan, hingga polusi udara.

"Polusi udara adalah pemain utama untuk terjadinya PPOK di samping rokok. Jadi, sedapat mungkin kita melakukan penghindaran terhadap polusi udara ini," tuutrnya.

Ia menegaskan bahwa polusi udara ini bukan hanya berasal dari luar ruangan, tetapi juga bisa dari dalam rumah, beberapa di antaranya berasal dari asap rokok dalam ruang, obat nyamuk bakar, asap pembakaran kayu di dapur.

BACA JUGA:Kualitas Udara Buruk, Cuaca di DKI Jakarta Bakal Direkayasa Atasi Polusi

"Polusi udara indoor merupakan faktor risiko utama bahkan di berbagai negara di Afrika."

Sementara polusi di luar ruangan seperti asap pembakaran mesin kendaraan bermotor, kebakaran hutan, serta limbah pabrik.

Untuk menghindari paparan polusi di dalam ruangan, ia menyarankan, "Kalau saat membuat rumah atau bangunan, dibuat agar ventilasinya baik sehingga ketika kita memasak, memproduksi sesuatu dengan gas, itu bisa tersirkulasi dengan baik."

Hal ini sebagai upaya meminimalisir paparan polusi yang dihasilkan dari dalam ruangan.

Sementara itu, Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (P2TM) dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyarankan untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan apabila tingkat polusi sedang tinggi.

Namun, apabila terpaksa keluar rumah, sebaiknya menggunakan masker ketika di luar ruangan apabila kondisi udara kurang baik.

BACA JUGA:Kualitas Udara Buruk, Cuaca di DKI Jakarta Bakal Direkayasa Atasi Polusi

"Pakai masker kalau kita melihat udara. misalnya kita mau ke kantor sekarang, biasanya banyak langit Jakarta nggak biru, ya gunakan masker," lanjut Nadia.

Ia pun mencontohkan warga Jepang yang tetap menggunakan masker meski pandemi Covid-19 telah berlalu.

Nadia menegaskan bahwa masker ini bermanfaat bukan hanya melindungi diri dari penularan virus Covid-19, tetapi juga partikel-partikel halus yang membawa radikal bebas, termasuk polusi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads