Menkeu Sri Mulyani Peringatkan Ancaman Ekonomi Global Tahun 2025 Nanti

Menkeu Sri Mulyani Peringatkan Ancaman Ekonomi Global Tahun 2025 Nanti

Menkeu Sri Mulyani Peringatkan Ancaman Ekonomi Global Tahun 2025 Nanti-Istimewa-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Belum selesai dengan ketidakstabilan perekonomian global, kini perekonomian dunia diprediksi akan mengalami tantangan besar pada tahun 2025 nanti.

Menurut keterangan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, proyeksi IMF saat ini juga memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami stagnansi pada kisaran 3,2 persen pada tahun 2025 nanti.

BACA JUGA:Nyatakan Keberatan Akan Kenaikan PPN 12 Persen, Hippindo Akan Surati Menkeu Sri Mulyani

BACA JUGA:Menkeu Sri Mulyani Kekeuh Naikan PPN 12 Persen, Ekonom Ungkap Dampaknya ke Kelas Menengah

“Ini akan menimbulkan kewaspadaan dari kami Indonesia sebagai ekonomi terbuka untuk terus berinteraksi dengan dunia perekonomian global, “ ujar Menkeu Sri Mulyani dalam keterangan tertulis resminya pada Rabu 4 Desember 2024.

Di sisi lain, Menkeu Sri Mulyani juga menambahkan bahwa konflik geopolitik kini justru malah semakin memanas. 

Bahkan, tren suku bunga kini juga semakin menunjukkan keberagaman di beberapa wilayah, mulai dari semakin tinggi atau semakin rendah.

Menurut Menkeu Sri Mulyani, keberagaman suku bunga ini tidak ayal akan menciptakan lingkungan yang kompleks bagi perekonomian global.

BACA JUGA:Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kenaikan PPN 12 Persen, Tapi Tidak Berlaku dengan Barang Ini

BACA JUGA:Tarif PPN 12% Mulai Berlaku 2025 Tuai Pro Kontra, Ini Penjelasan Sri Mulyani

“Beban tersebut akan menciptakan hambatan yang cukup berat bagi ruang fiskal negara berkembang,” pungkas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, Achmad Nur Hidayat, juga mengungkapkan bahwa ketidakpastian global juga menyebabkan pelemahan permintaan ekspor Indonesia.

Untuk mengimbangi dampaknya, konsumsi domestik harus menjadi motor penggerak utama perekonomian.

“Dalam hal ini, BI perlu memastikan langkah penurunan dilakukan secara bertahap dan didukung oleh kebijakan stabilisasi nilai tukar, seperti intervensi di pasar valas dan penerapan instrumen moneter yang lebih proaktif,” ujar Achmad dalam keterangannya kepada Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads