Bertemu dengan HIPKI, Kemenperin Tanggapi Kelangkaan Bahan Baku Kelapa

Menyikapi fenomena kelangkaan bahan baku kelapa bulat di pasaran, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga turut menggelar pertemuan bersama dengan Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) dalam rangka membahas kelangkaan bahan baku indust-Istimewa-
JAKARTA, DISWAY.ID -- Menyikapi fenomena kelangkaan bahan baku kelapa bulat di pasaran, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga turut menggelar pertemuan bersama dengan Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI), membahas kelangkaan bahan baku industri pengolahan kelapa.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kemenperin, Jakarta, pada Rabu 30 April 2025 tersebut, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa dirinya sudah menampung aspirasi pelaku usaha yang tergabung dalam HIPKI.
Menurutnya, HIPKI sendiri juga menekankan bahwa industri pengolahan kelapa mempunyai kepentingan yang sama untuk mengutamakan kesejahteraan petani kelapa.
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat, Ekonom Soroti Pentingnya Penyusunan Ulang Strategi Fiskal
“Hal ini juga mendukung keberlanjutan kegiatan usaha berbasis kelapa dengan menjaga petani kelapa tidak beralih ke komoditas lain, karena akan berdampak kepada kegiatan usaha berbasis kelapa yang keadaannya saat ini sulit akan menjadi semakin sulit,” papar Menperin Agus kepada Disway.
Melanjutkan, Menperin Agus juga menambahkan bahwa pihaknya masih terus berkoordinasi secara intensif bersama dengan pelaku usaha dan asosiasi kelapa untuk mencari solusi supply demand kelapa dengan tetap mengedepankan kesejahteraan petani.
Pasalnya, saat ini komoditas kelapa Indonesia lebih cenderung diekspor dalam bentuk kelapa bulat karena belum ada regulasi tata niaganya.
“Eksportir tidak dipungut pajak, sedangkan industri dalam negeri membeli kelapa dari petani dikenakan pajak PPh pasal 22 sehingga playing field antara eksportir dengan industri kelapa dalam negeri tidak sama,” ungkap Menperin Agus.
Alhasil, ekspor dalam bentuk kelapa bulat dari Indonesia ke negara lain dikhawatirkan menggeser pasar produk hilir kelapa Indonesia, yang selama ini kuat di pasar global dan diisi oleh produk hilir kelapa dari negara kompetitor yang bahan bakunya dari Indonesia.
BACA JUGA:Bank Dunia Sebut 60 Persen Penduduk Indonesia Kategori Miskin, BPS: Itu Hanya Refrensi!
BACA JUGA:Mendikdasmen: Prabowo akan Umumkan Bantuan untuk Guru Honorer saat Hardiknas 2 Mei 2025
“Kebutuhan konsumsi, utamanya untuk rumah tangga dan industri kecil dan menengah (IKM) adalah sekitar 2 miliar butir kelapa per tahun. Karena sekarang kelapa banyak diekspor ke negara lain terjadi kekurangan suplai kelapa di pasar-pasar tradisional, sehingga menyebabkan kenaikan harga dan konsumen rumah tangga menjadi korban atas kenaikan harga tersebut,” tutur Menperin Agus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: