Keteguhan Pasutri Lansia-Difabel asal Pekalongan Tunaikan Panggilan Haji
Khuyai Maksum Seniban yang selalu mendampingi istrinya, Endang Tri Nurniningsih.-Media Center Haji 2025-
BACA JUGA:Demi Kemanusiaan, Jamaah Haji yang Terpisah Kini Bisa Disatukan di Makkah
Endang mengaku tak pernah mengeluh. Bahkan saat dirawat di rumah sakit setelah amputasi, dia justru menguatkan orang lain.
"Nggak, nggak pikir apa-apa. Saya ngajar biasa aja. Malah temannya bapak waktu masih kerja itu nengok ke rumah sakit malah bilang gini 'Bu kalau saya mau nangis itu ya sedih anak saya sakit tapi saya mau nangis saya lihat ibu orang ibu kehilangan anggota tubuh aja nggak apa-apa masa saya nangis'," ucapnya.
BACA JUGA:Layanan 2 Juta Boks Katering hingga 17 Ribu Kamar Hotel Tersalurkan untuk Gelombang I Jamaah Haji
Di sisi lain, Khuyai tak bisa menyembunyikan rasa bangganya terhadap istrinya. Meski tubuhnya sendiri sering nyeri, ia tak ingin menyusahkan.
Yang membuatnya tenang adalah semangat sang istri yang tetap membara dan menguatkan anak-anak mereka di rumah.
BACA JUGA:Diwajibkan Arab Saudi, Ini 3 Fungsi Kartu Nusuk Selama Ibadah Haji di Tanah Suci
"Masalahnya di belakang ini nyeri sekali. Kemarin pakai kursi roda," ujarnya lirih.
Namun di tengah segala keterbatasan itu, keduanya merasa diberkahi. Bantuan yang datang tak hanya dari petugas, tapi juga dari sesama jamaah. Saling membantu, saling peduli—itulah yang mereka rasakan sejak menginjak Tanah Suci.
BACA JUGA:Kilang Pertamina Pastikan Produksi Avtur untuk Musim Haji Aman
"Baik-baik semua. Di sini kerja samanya baik antara yang satu dan yang lainnya itu baik semua," ucap Khuyai.
Kisah Khuyai dan Endang adalah pengingat bahwa cinta, iman, dan ketabahan mampu mengalahkan keterbatasan.
Di Tanah Suci, mereka tidak hanya menunaikan rukun Islam kelima, tetapi juga merayakan kekuatan cinta yang tak pernah pudar meski usia dan tubuh mulai rapuh. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: