Keteguhan Pasutri Lansia-Difabel asal Pekalongan Tunaikan Panggilan Haji

Khuyai Maksum Seniban yang selalu mendampingi istrinya, Endang Tri Nurniningsih.-Media Center Haji 2025-
MAKKAH, DISWAY - Di antara lautan manusia yang menunaikan ibadah haji tahun ini, ada sepasang lansia dari Pekalongan, Jawa Tengah, yang menjadi simbol keteguhan dan cinta sejati.
Khuyai Maksum Seniban dan Endang Tri Nurniningsih menapaki jejak spiritual menuju Tanah Suci dengan keterbatasan fisik. Namun, hati mereka penuh syukur dan bahagia.
BACA JUGA:6 WNI Nyaris Terjerat Hukum Saudi karena Diduga Jual Beli Dam Haji Ilegal
Meski Endang harus menggunakan kursi roda, tidak ada yang mengurangi semangat dan ketulusan ibadahnya.
Endang, yang kakinya telah diamputasi akibat kecelakaan pada 2013, tetap teguh menjalani proses panjang pendaftaran haji yang dimulainya sejak 2012.
BACA JUGA:Sudah Masuk Tanah Haram, Jamaah Haji Lansia Diimbau Salat di Hotel: Pahala Tetap 100 Ribu Kali Lipat
Suaminya, Khuyai, pun dalam kondisi yang tak memungkinkan berjalan jauh. Namun, semangat mereka tak pernah surut.
Perjalanan spiritual mereka makin terasa indah karena adanya gotong royong dan solidaritas dari sesama jamaah dan petugas haji Indonesia.
BACA JUGA:Gangguan Kesehatan Jamaah Haji Bukan Azab, Ulama dan Dokter Minta Publik Berhenti Stigmatisasi
"Ketika turun di Madinah, di bandara itu juga kami disambut dengan baik ada khusus bisnya langsung pakai kursi roda masuk. Sampai di hotel kami disambut baik. Di Madinah kami mendapat fasilitas hotel yang baik dan teman satu kamar juga baik ketika kami melaksanakan ibadah salat arbain di Madinah itu juga mudah karena kami turun langsung belok langsung sudah sampai halaman masjid," ujar Endang di Makkah, Senin, 19 Mei 2025.
Ketika menunaikan umrah wajib di Makkah, pasangan ini tak sendiri. Mereka dibantu relawan jamaah lainnya, yang dengan tulus mendorong kursi roda mereka sejak pukul 9 malam hingga kembali ke hotel menjelang subuh.
BACA JUGA:1.167 Jamaah Haji Indonesia Kena ISPA, Ini Imbauan Tim Kesehatan PPIH!
"Pas umrah wajib yang dorong itu dari teman-teman relawan sini, jamaah. Malam hari. Kami berangkat jam 9 malam dari sini terus pulang ke sini jam 3 (dini hari) yang dorong temen-teman relawan," ujarnya.
Perjalanan panjang menuju Tanah Suci menjadi kisah haru yang penuh makna. Di balik tubuh yang rentan dan kaki yang tak lagi utuh, tersimpan tekad yang tak tergoyahkan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: