Kedelai Mahal dan Sulit Didapat, DPR Ungkapkan Penyebabnya

Kedelai Mahal dan Sulit Didapat, DPR Ungkapkan Penyebabnya

Anggota Komisi IV DPR RI, Sutrisno. -ist-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Harga kedelai di pasaran global masih menanjak.

Bahkan China dikabarkan melakukan impor Kedelai besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.

Konsekuensinya, kedelai di Indonesia berpotesi sulit didapat kembali dan harganya mahal.

Apalagi, pengusaha di tanah air masih ketergantungan bahan baku kedelai dari luar negeri.

Di mana, produksi kedelai dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

Demikian tersebut merupakan di antara penyebab persoalan kedelai saat ini sebagaimana diungkapkan Anggota Komisi IV DPR RI Sutrisno, dalam RDPU Komisi IV DPR RI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (21/3/2022).

Sutrisno menilai, persoalan sulitnya mendapatkan dan tingginya harga bahan baku kedelai tersebut masih bakal terjadi.

BACA JUGA:Sinyal Mark Zuckerberg Bawa NFT Masuk Instagram Dalam waktu Dekat

Oleh karenanya, persoalan rakyat ini harus dibela dan diperjuangkan.

“Tadi disebutkan, pengrajin tahu cenderung cocok pakai kedelai lokal, 1 juta. Tentunya sisanya 2 juta karena sampai hari ini pengrajin tempenya lebih menyukai kedelai impor,” ujar Sutrisno.

RDPU digelar dengan Penggiat Koro Pedang, Ketua Umum Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR INDONESIA), Ketua Umum Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI) dan Ketua Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI).
 
Ia juga menjelaskan, anggaran pengembangan kedelai di setiap tahunnya itu cukup besar.

Namun di lapangan, masyarakat cenderung lebih tertarik untuk memanfaatkan lahannya untuk menanam tanaman lainnya daripada kedelai.

Karena itu, Komisi IV DPR RI berusaha untuk menekan pemerintah untuk terus meningkatkan produktivitas kedelai ini agar petani juga terangsang untuk menanam kedelai.

Sehingga secara ekonomis punya nilai yang lebih mencukupi dibandingkan dengan penembangan pertanian lainnya.

“Pertanyaan saya adalah berapa yang bapak serap dari hasil produksi kedelai lokal itu? Memang petani itu tidak tertarik untuk menanam kedelai itu, karena produksinya kalau paling bagus bisa 2 ton, rata rata 1,3-1,5 ton. Dengan harga Rp9 ribu saja, kurang lebih 10 jutaan kan, dapatnya? Masih lebih menarik dimanfaatkan lahannya untuk tanaman yang lainnya,” seloroh politisi PDI-Perjuangan tersebut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads